Oleh KH Bachtiar Nasir
Bismillāhirrahmānirrahiīm
Para ulama ahli Qur’an dan tafsir berpendapat bahwa seluruh firman-firman Allah dalam kitab-kitab terdahulu yang turun sejak Adam Alaihissallam sampai Isa Alaissallam dirangkum menjadi satu, rangkumannya adalah Al-Qur’anul Karim.
Kalau ada perpustakaan sejak dunia ada sampai kelak dunia dunia kiamat, dan seluruh buku itu dikumpulkan dan dirangkum dalam satu kitab, itulah Kitab Al-Qur’an. Seluruh isi Al-Qur’an itu sudah dirangkum dalam surat-surat pendek. Dan seluruh surat-surat pendek itu sudah terangkum di dalam surat Al-Fatihah.
Tidak ada jalan yang akan kita tempuh kecuali jalan menjumpai Allah Subhana Wa Ta’ala. Untuk bisa berjumpa dengan Allah dengan اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat. Jalan yang lurus menuju Allah tidak bisa kita tempuh sebelum kita menyatakan diri اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ, Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
Itulah yang menurut Ibnul Qoyyim Al-Jauziah merupakan intisari dari Surat Al-Fatihah. Hanya kepada Engkau saja kami menghamba, dan hanya kepada Engkau saja kami memohon pertolongan.
Bagi Rasulullah yang paling beliau takutkan dari umatnya bukanlah syirik besar atau syirik akbar. “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Mereka (para Sahabat) bertanya : Apakah syirik kecil itu,ya Rasulullah? Beliau menjawab : Riya’.” (HR. Imam Ahmad, dishahihkan Al-Albani).
Mungkin di Indonesia tidak ada lagi orang yang menyembah pohon, menyembah gunung atau menyembah sumur tua. Tetapi patut kita waspadai adanya bencana-bencana negeri ini, dan hilangnya nyawa dengan mudah. Mungkin ada masalah dengan kita hari ini. Kalau mau memperbaiki antara kita, perbaiki dulu hubungan kita dengan Allah Subaha Wa Ta’ala. Maka Allah akan memperbaiki kita dengan semua makhluk-Nya.
Bahaya Syirik kecil
Kalau ada di antara kita yang meyakini bahwa ada yang bisa mendatangkan manfaat bersama Allah, itu tandanya kita sudah musyrik. Kalau ada di antara kita yang meyakini ada yang bisa mendatangkan mudharat bersama Allah, itu sudah termasuk musyrik. Kalau ada yang mengira ada yang bisa menyelamatkan kita bersama Allah, itu berarti kita sudah musyrik. Kalau ada yang bisa memberikan keuntungan selain Allah, maka kita sudah musyrik.
هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ, Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Dalam kaitannya dengan اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ, Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan, mari bersihkanlah syirik-syirik kecil yang ada di dalam hati kita.
Ingat tidak, dulu di sekeliling Ka’bah ada banyak patung berhala yang dipenggal oleh Nabiullah Ibrahim Alaissallam? Lebih dari 360 patung di sana yang seakan-akan setiap hari ada satu berhala yang mereka sembah. Meski ada di depan Ka’bah tetapi sesungguhnya yang mereka sembah adalah berhala-berhala itu.
Jangan sampai kita yang sudah shalat, kita yang sudah ibadah ternyata masih ada syirik-syirik kecil di dalam hati kita. Karena kita mengharapkan kasih sayang kepada Allah bersama selain Allah, itu sudah termasuk musyrik. Laa illahaillahu, tidak ada sesembahan selain Dia. Inilah yang harus kita bersihkan di hati kita.
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
Semoga hati kita lebih bersih jika kita sudah penggal satu per satu berhala di diri kita sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihissalam memenggal kepala-kepala berhala yang ada di sekeliling Ka’bah. Kita tidak bisa sampai kepada Iyyaka na‘budu wa iyyaka nasta‘in, sebelum kita ittiba kepada baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam.
Mudah-mudahan rasa cinta kita datang, keberkahan lewat Al Qur’anul Karim, meningkatkan kecintaan kita kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam. Caranya dengan ittiba kepada Rasulullah.
Ada riwayat, seseorang yang akan membunuh Rasulullah dari atas kudanya. Dia bertanya kepada Rasulullah, “Hai Muhammad siapa yang akan menolongmu jika aku akan membunuhmu?” Rasulullah yang jernih hatinya, murni tauhidnya menjawab dengan tegas, “Allah! Allah!” Dengan satu kata itu, gemetarlah orang tersebut dan dia ketakutan, menggigil dan kecut jiwanya karena mendengar kata Allah. Jatuh pedangnya karena mendengar kata Allah. Tersungkur kudanya karena mendengar kata Allah.
Kira-kira jika kita yang mengucapkan itu, apakah orang lain bergetar? Kalimat Allah akan agung di lisan kita, jika Allah agung di dalam hati kita. Berapa pun kalimat Allah yang kita ucapkan yang harusnya Izzā zukirallāhu wajilat qulubuhum (jika disebut nama Allah, gemetar hatinya). Jika diperdengarkan Asma Allah harusnya kalbu ini bergetar dengan getaran cinta, getaran takut, getaran tawakal, getaran harap. Tetapi jangankan didengar, diucapkan sendiri pun lauful Jalallah Allah tidak menggetarkan hati kita.
Mau tidak, agar kata Allah mengguncang hati kita? Kata Allah, itu bisa mengguncang musuh-musuh kita. Sekarang seringkali kalimat Allah “Allahu Akbar” kita gaungkan tetapi seperti hampa. Itu karena kita tidak mengagungkan Allah. Maka lisan kita saat menyebut nama Allah pun tidak agung.
Mari kita agungkan nama Allah di lisan dan hati kita dengan tauhid yang murni.
Allahumarhamna bil Qur’an.