Ihdinash-shiraatal-mustaqiim
Oleh KH Bachtiar Nasir
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾
Ihdinash-shiraatal-mustaqiim.
Bimbinglah kami ke jalan yang lurus.
Setelah kita membaca إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Allah subhanahu wa ta’ala menjawab, “Ini adalah urusan Aku dan hamba-Ku, dan Aku akan mengabulkan apa yang Hamba-Ku pinta.”
Hal itu karena kita menempatkan Allah sebagai satu-satunya Zat sebagai tempat memohon atau meminta.
Ibnu Taymiyyah berkata, “Permintaan yang paling baik dan paling tinggi adalah memohon ditunjukkan jalan yang lurus ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيم.”
Ada dua hidayah yang kita dapatkan dari ayat ini:
- Hidayah bisa diberikan lewat manusia atas kehendak Allah. Hal ini dilakukan oleh para rasul, nabi, dan ulama yang dengan ilmunya bisa mengantar manusia untuk mendapatkan kebaikan.
- Hidayah dalalah taufiq wa amal, adalah petunjuk yang membimbing kita sehingga kehendak Allah adalah kehendak yang kita butuhkan.
Taufik dan hidayah adalah hak Allah dan wilayah kekuasaan-Nya. Sedangkan untuk mendapatkan ilmu dan bimbingan jalan yang lurus lewat nabi, rasul, thabi’in, dan para ulama. Hidayah adalah permintaan dari hamba yang paling Allah suka.
Hidayah Allah subhanahu wa ta’ala tidak dapat diberikan oleh manusia meski ia berilmu. Banyak orang yang paham ajaran Islam tetapi tidak memeluk Islam, karena Allah belum memberikan hidayah. Contohnya paman Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam sendiri, Abu Thalib yang meski begitu sayangnya kepada beliau dan membelanya, tetapi tidak mau mengikuti risalah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam.
Saat membaca doa dan pada kalimat ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ rasakanlah, ada permohonan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, “Bimbinglah kami, tunjukilah kami jalan yang lurus menuju surga-Mu, jalan menuju perjumpaan dengan-Mu.”
Orang yang Allah beri ketetapan hati untuk berada di jalan lurus-Nya adalah orang yang berbahagia. Allah-lah yang menghendaki kita memantapkan hati di jalan ini. Jika kita melenceng dari jalan lurus, kita berusaha bangkit kembali dengan banyak berzikir. Jika kita bersungguh-sungguh memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan ikhlas, Allah subhanahu wa ta’ala akan menjaga kita di shiraathal mustaqiim. (*)