Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ustaz, keponakan saya kecelakaan yang mengakibatkan kakinya patah, dan karena cacat dia malu untuk meneruskan sekolah (SMA). Sekarang setelah dewasa, dia mau membeli ijazah karena ingin bekerja. Boleh atau tidak kah ustaz, bagi dia melakukan hal itu?
Hamba Allah.
Jawab:
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan dan membentangkan razeki bagi setiap makhluk-Nya, bahkan untuk binatang dan tumbuh-tumbuhan.
وَكَأَيِّن مِّن دَابَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّـهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦٠
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surat Al-‘Ankabut [29]: 60).
Allah SWT hanya menyuruh kita untuk berusaha dan bekerja dengan niat ibadah kepada-Nya dan dengan cara yang halal dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Surat Al-Jumu’ah [62]: 10).
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “لأن يأخذ أحدكم حبله فيأتي بحُزمة الحطب على ظهره فيبعيها، فيكف الله بها وجهه، خير له من أن يسأل الناس أعطوه أو منعوه
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas pundaknya, kemudian ia menjualnya sehingga dengannya Allah menjaga wajahnya (kehormatannya), itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, mereka memberinya atau tidak memberinya.” (Riwayat Bukhari).
Memang telah menjadi kebiasaan dan budaya di negeri kita bahwa seseorang bisa membeli apapun yang dia inginkan asalkan ada uang untuk membelinya. Walaupun sebenarnya hal itu tidak boleh diperjual-belikan karena ia hanya bisa diperoleh melalui proses dan aturan yang telah ditetapkan.
Dalam hal membeli ijazah yang bukan menjadi hak kita, setidaknya kita akan melakukan tiga hal yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya. Yaitu menyuap (risywah), menipu (al-Ghisy) dan berbohong (al-Kizb). Kita akan menyuap orang yang akan kita mintai bantuan untuk mengeluarkan ijazah buat kita, padahal suap-menyuap adalah salah satu perbuatan yang dilaknat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
عنْ عبد الله بن عمرو رضى الله عنه قالَ: لَعَنَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ والْمُرْتَشِيَ
“Diriwayatkan dari Abudullah bin Amru ra. Bahwasanya Rasulullah SAW. melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap.” (Riwayat Abu Daud dan Tirmizi).
Kita akan menipu dan berbohong kepada pihak yang akan kita berikan ijazah palsu tersebut dengan mengatakan bahwa ijazah kita asli. Padahal kita mengetahui bahwa ijazah itu adalah palsu yang kita dapat dari membelinya. Padahal Allah SWT dan Rasul-Nya dengan tegas melarang umat Islam untuk berbohong dan menipu. Allah SWT berfirman:
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (Surat Al-Hajj [22]: 30).
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (Riwayat Bukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim).
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلاَحَ فَلَيْسَ مِنَّا وَمَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa yang menghunuskan senjata kepada kami, kaum muslimin, maka dia bukan bagian dari kami. Demikian pula siapa saja yang menipu kami, kaum muslimin, maka dia bukan bagian dari kami” (Riwayat Muslim).
Sebenarnya sekarang ini, jika seseorang memang sangat ingin mendapatkan ijazah, pemerintah telah menyediakan sarana itu yaitu melalui ujian paket A,B dan C. Maka ia dapat melalui proses itu untuk mendapatkan ijazah yang diinginkannya.
Tapi untuk mendapatkan rezeki yang Allah SWT tebarkan di muka bumi ini, kita tidak harus bekerja di instansi pemerintahan atau di perusahaan orang lain. Kita bisa melakukan apapun yang bisa kita lakukan, atau kita bisa mengikuti pelatihan dan menekuni suatu bidang sehingga kita bisa mahir dalam bidang tersebut. Dan dalam berusaha kita harus selalu memperhatikan dan mengamalkan aturan dan hukum Allah SWT dengan bertakwa dan bertawakkal kepada-Nya sehingga rezeki yang kita dapatkan berkah dan bisa membawa kita beribadah kepada-Nya.
Allah telah menjanjikan bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada-Nya maka dia akan memberikan solusi bagi masalah-masalahnya dan akan memberikannya rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka.
وَمَن يَتَّقِ اللَّـهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (Surat Ath-Thalaq [65]: 2-3).
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآَلِهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصًا ، وَتَرُوحُ بِطَانًا
Diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, sungguh kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, di mana di pagi hari ia keluar dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang.” (Riwayat Ahmad, An-Nasa`i, al-Hakim dan al-Baihaqi).
Wallahu a’lam bish shawab.
KH Bachtiar Nasir