Ramadhan Momentum Perbaiki Moral Bangsa

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

 

BANYAK sekali persoalan yang dihadapi umat Islam di negeri ini. Mulai kemiskinan, kebodohan, perpecahan, korupsi, kualitas pendidikan yang rendah. Kemudian terutama sekali adalah kerusakan moral yang sudah parah, baik pada tingkat kepemimpinan yang begitu korup sehingga rela mengorbankan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya demi kesenangan pribadi dan kelompoknya. Maupun pada tingkat rakyat bawah yang sangat jauh dari moral Islam yang menjadi agama mayoritas rakyatnya.

Kalau kita dapat simpulkan, paling tidak ada tiga akar persoalan penyebab terjadinya kerusakan moral pada bangsa ini. Pertama, syirik yang merupakan salah satu dosa besar yang tidak akan diampuni Allah Ta’ala.

 إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ‌ أَن يُشْرَ‌كَ بِهِ وَيَغْفِرُ‌ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِ‌كْ بِاللَّـهِ فَقَدِ افْتَرَ‌ىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Surat an-Nisa` [4]: 48).

Di negara kita, disamping perbuataan syirik yang biasa kita ketahui dalam bentuk pemberian sesajen kepada makhluk, kepercayaan terhadap dukun serta peranormal. Juga terjangkit kesyirikan dalam bentuk menyembah berhala yang bernama uang, materi, dan kekuasaan.

Kedua, riya yaitu kesenangan memamerkan sesuatu sehingga muncul budaya korupsi demi untuk memenuhi keinginan untuk memamerkan itu pada saat kemampuan terbatas.

Ketiga, penyakit al-wahn, yaitu terlalu cinta dunia dan takut mati. Kecintaan kita kepada kehidupan dunia ini membuat kita lupa bahwa hakikat kehidupan dunia ini adalah sementara, dan membuat kita lalai bahwa setelah kehidupan dunia ini akan ada kehidupan yang kekal abadi. Tempat kita mempertanggungjawabkan amal perbuatan kita selama di dunia ini. Kecintaan kita terhadap dunia ini juga membuat kita takut pada kematian yang pasti datang kepada setiap kita sehingga membuat kita menjadi umat yang pengecut.

عَنْ ثَوْبَانَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ، فَقَالَ قَائِلٌ : وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ : بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ ، فَقَالَ قَائِلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. رواه أبو داود وأحمد والبيهقى

Dari Tsauban ra. Ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda: “Hampir-hampir umat-umat kafir saling memanggil untuk melahap kalian sebagaimana orang-orang lapar saling memanggil untuk melahap hidangan“. Lalu seorang shahabat berkata: ”Apakah jumlah kita sedikit waktu itu? beliau bersabda: ”Justru jumlah kalian banyak pada waktu itu, akan tetapi seperti buih yang dibawa oleh banjir, dan Allah benar-benar akan mencabut rasa takut kepada kalian dari dada-dada mereka, dan melemparkan kepada hati kalian al wahn“. Seorang sahabat berkata: ”Apakah al wahn itu ? beliau bersabda: ”cinta dunia dan takut mati.“ (Riwayat Abu Daud, Ahmad dan Baihaqi).

Bulan Ramadhan yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada umat Islam dapat dijadikan sebagai momentum atau saat yang tepat bagi kita untuk melakukan perubahan moral bangsa. Hal itu karena bulan Ramadhan ini ibarat lorong waktu yang suci, dimana Allah SWT kondisikan sehingga setiap orang mudah berbuat kebaikan dan melakukan perbaikan.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا كَانَتْ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَنَادَى مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ ، وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ

Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah SAW. beliau bersabda: “Jika malam pertama Ramadhan datang, maka setan-setan, dan jin-jin pembangkang dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada satu pintunya pun yang terbuka, pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada suara yang menyeru, ”Wahai pencari kebaikan! Sambutlah, wahai pencari kejelekan! berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan dari neraka. Dan demikian itu pada setiap malam.” (Riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah).

Pada bulan Ramadhan ini juga diturunkannya kitab suci Alquran yang menjadi petunjuk bagi manusia. Oleh karena itu seharusnya kita menjadikan bulan Ramadhan ini untuk kembali kepada Alquran, mentadabburi ayat-ayatnya dengan tujuan untuk diamalkan dalam keseharian kita.

Esensi Ramadhan

Bulan Ramadhan ini juga menjadi kesempatan umat Islam untuk mensucikan hati mereka dari segala bentuk kesyirikan dengan memurnikan keikhlasan beribadah hanya karena Allah SWT. Sebagaimana yang menjadi tujuan dari pendidikan ibadah puasa, dimana Allah Ta’ala menegaskan bahwa puasa itu adalah untuk-Nya dan hanya Dialah yang akan membalasnya. Dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam disebutkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي ، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ ، وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah SWT. berfirman: “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Ketika menjelaskan hadits ini, al-Qurthubi berkata, “Ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, maka puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut kecuali Allah, maka Allah sandarkan ibadah puasa itu kepada Diri-Nya. Oleh karena itu dikatakan dalam hadits, ‘Ia meninggalkan syahwatnya karena diri-Ku.”

Ibadah puasa itu sendiri essensinya adalah self control (pengendalian diri) sehingga kita mampu menyesuaikan kehendak diri kita dengan apa yang dicintai Allah SWT. Dan kita mampu melihat dunia ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Sang Pemiliknya bahwa dunia ini hanya permainan dan senda gurau. Hidup adalah memilih cara mati. Hidup adalah memperbaiki kehidupan setelah kematian.

Semoga kita umat Islam di negara ini, betul-betul dapat menjadikan Ramadhan ini sebagai momentum untuk melakukan perubahan dan perbaikan moral bangsa kita ke arah yang lebih baik. Wallahu a’lam bish shawab.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru