Oleh:
KH Bachtiar nasir
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfiman:
فَـَٔامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلْنَا ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ ٱلْجَمْعِ ۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ ٱلتَّغَابُنِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ وَيَعْمَلْ صَٰلِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّـَٔاتِهِۦ وَيُدْخِلْهُ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. At-Taghabun ayat 8-9).
Berikut kutipan dari kitab Al-Fawaiid karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, “Wahai yang telah menjual dirinya pada hawa nafsu. Wahai yang cintanya rendah dan berujung pada kesakitan dan kebaikannya berujung pada fana. Ketahuilah, sesungguhnya engkau telah menjual sesuatu yang paling berharga dengan harga yang sangat murah. Seakan-akan engkau tidak tidak tahu betapa mahalnya barang dan seakan-akan kamu tidak tahu betapa murahnya harga. Hingga kelak engkau akan tiba pada hari taghabun dimana segala sesuatunya ditampakkan, pada saat itu bahwa kamu telah melakukan kebodohan dalam bertransaksi. Laa Ilaaha Ilaallah adalah barang mahal. Allah pembelinya. Harganya adalah surga, dan pemandu jalannya adalah Rasul. Kamu rela menjual sesuatu yang mahal (Laa Ilaaha Ilaallah) itu dengan sesuatu yang sangat sedikit; yang tidak sebanding dengan harga sayap lalat.”
Yang Mahal dan Yang Murah
Kita yang hidup di akhir zaman ini sering sekali terhadang oleh tiga berhala: harta, tahta (kekuasaan), dan wanita. Begitu banyak orang rela mengorbankan segalanya, termasuk nyawanya untuk tiga berhala ini. Barangsiapa yang menjual dirinya kepada nafsu, maka tidak ada ujung yang akan ditemuinya melainkan kelelahan dan kesakitan. Segala kebaikan dan kehormatan darinya yang mungkin digadang-gadang oleh kebanyakan orang di dunia ini, seketika akan hilang karena semua itu memang fana belaka.
Orang berjuang, berlomba mendapatkan harta untuk membeli kekuasaan atau tahta. Setelah harta dan tahta diperoleh maka akan mudah mendapatkan berhala berikutnya yaitu wanita. Orang yang sudah terjebak dalam kubangan nafsu akan menjadi orang-orang yang bodoh. Mereka tidak akan lagi bisa membedakan mana “yang mahal” dan mana “yang murah”dalam hidup.
Kelak, semua itu akan berakhir dan kita semua terbelalak tersadar dari apa yang telah kita lakukan pada hari Taghabun. Pada hari itu manusia sadar bahwa dirinya selama ini telah tertipu dan teperdaya.
Apakah sebenarnya barang mahal yang telah kita jual dengan harga murah tersebut? Itulah Laa ilaahailaallah. Mengapa mahal? Karena pembelinya adalah Allah, dibeli dengan surga, dan dipandu jalan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Iman dan Amal Saleh
Di bulan Ramadhan ini, jika kita melalui segalanya dengan tauhid, dengan semangat Laa Ilaha IlaaLlah; maka akan terasa sekali Allah Ta’ala membeli ibadah-ibadah yang kita lakukan dengan harga yang sangat tinggi. Berupa kenikmatan, keberkahan, dan kemudahan dalam menanggung beban ibadah tersebut. Semuanya jadi terasa lebih mudah dan Allah Ta’ala senantiasa ada menemani kita.
Oleh karena itu, jangan sampai kita menjadi orang-orang yang terbelalak di hari taghabun karena kita telah salah “berjual-beli” dalam hidup ini. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang tertipu karena menjual diri dan iman kita pada hawa nafsu. Sehingga tidak ada yang akan kita dapatkan, kecuali hanya rasa lelah dan sakit karena mengejar sesuatu yang fana bahkan tak pernah ada.
Mari kembali pada yang Allah Azza wa Jjalla serukan kepada kita, di surat At-Taghabun ayat 8, “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Berimanlah kepada Allah, Rasul-Nya, dan Al-Quran sebagai cahaya kehidupan. Ilmu itu cahaya dan sumber dari segala ilmu adalah Al-Quran. Orang yang memiliki cahaya Al-Quran di dalam hatinya akan senantiasa bersinar dan menyinari orang lain yang ada di sisinya. Dengan cahaya yang berlapis-lapis, cahaya di atas cahaya. Sangatlah berbeda orang yang berilmu dengan yang bodoh.
Bila seorang manusia diperkenankan melihat Lailatur Qadr maka hatinya yang sudah dipenuhi oleh cahaya Al-Quran dan akan melihat dengan cahaya yang istimewa. Cahaya di atas cahaya yang tidak akan pernah ada yang menyamai. Itulah cahaya yang Allah berikan dari Al-Quran yang akan menyinari relung hati hingga menembus ruang semesta. Hingga, apa yang dilihat oleh orang-orang yang hatinya telah penuh dengan cahaya Al-Quran itu tidak akan sama dengan apa yang biasanya mampu dilihat oleh hamba biasa. Pandangan mereka dalam hidup dan iman akan berubah; tidak akan pernah kembali sama dengan kebanyakan manusia.
Bersiaplah dari sekarang, kita semua akan dikumpulkan pada hari Kiamat yang juga merupakan hari ditampakkannya segala kebodohan dan kesalahan kita. Di saat itulah kita akan terbelalak karena sesal dan amarah pada diri sendiri. Mengapa kita bisa melakukan hal serendah itu saat hidup di dunia.
Namun, barangsiapa yang beriman kepada Allah Ta’ala dan beramal saleh, niscaya Allah Ta’ala hapuskan kesalahan-kesalahannya, Allah Ta’ala tutupi kekurangannya, Allah Ta’ala maafkan khilafnya, dan dimasukkan-Nya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.
Peluang untuk dapat lolos dari kebodohan dan penyesalan di hari kiamat itu masih kita miliki. Dengan iman dan amal saleh. Hari ini kita masih dapat melakukannya. Terlebih lagi bulan ini adalah Ramadhan yang mulia. Dimana Allah Azza wa Jalla akan memudahkan kita melakukan hal-hal yang dicintai-Nya. Memudahkan, memberkahi, dan memberikan balasan yang sangat besar serta mahal nilainya.
Berpegang teguhlah pada Laa Ilaaha Ilaallah. Jangan tertipu pada kemilau dunia yang akan membutakan kita di kehidupan dunia ini. Terlebih lagi membuat kita terbelalak karena sesal karena teperdaya di hari taghabun nanti. Wallahu ‘alam bish shawab.*