Oleh:
KH Bachtiar Nasir
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda:
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan orang, di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR An-Nasa’i, Ahmad)
Maha Suci Allah yang telah menciptakan bilangan-bilangan waktu, yang dengannya manusia mengambil manfaat dan pelajaran. Bulan Syaban terletak di antara bulan Rajab yang dikenal dengan kemuliaannya sebagai salah satu bulan haram dan bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya Allah Azza wa Jalla turunkan Alquran yang mulia. Oleh karena itu, seringkali bulan ini menjadi bulan yang terabai, bahkan oleh umat Islam sendiri. Padahal, bulan ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat dan setelahnya terdapat bulan Ramadhan, bulan memanen hasil amal dan ibadah untuk dapat dilantik mendapatkan gelar orang yang bertakwa.
Bulan ini sejatinya adalah bulan persiapan menuju Ramadhan. Baik itu persiapan mental, persiapan ilmu, persiapan finansial, fisik; dan terpenting adalah persiapan amal ibadah. Banyak orang yang merugi karena ia tidak menanam amal saleh apa pun di bulan Rajab. Akan tetapi, persiapan itu masih bisa dikejar dengan menanam sekaligus amal ibadah terbaik untuk dapat memanen predikat takwa di bulan Ramadhan.
Apa yang dapat dipanen, bila kita tidak pernah menanam dan merawat apa pun? Oleh karena itu, di awal bulan Syaban ini, marilah kita memulai dan merawat amal ibadah kita hingga nantinya kita dapat menuai hasilnya berupaya ampunan, rahmat, dan pembebasan diri kita dari siksa neraka di bulan Ramadhan.
Keutamaan Syaban
Ada banyak kebaikan yang didalam bulan Syaban ini. Di antaranya adalah diangkatnya amal perbuatan kita kita untuk dinilai dan diterima oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Rasulullah Muhammad saw sangat senang, apabila ia mengiringi pengangkatan amal ibadah itu dengan keadaan berpuasa. Di bulan ini, Rasulullah saw sangat banyak berpuasa, melebihi di bulan-bulan selain Ramadhan. Meski pun Beliau tidak melaksanakannya selama sebulan penuh.
Dalam hadits yang berasal dari Aisyah ra, dikatakan bahwa, “Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Syaban.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Sayangnya, di bulan ini, banyak orang yang justru mengabaikannya dan tidak melakukan amal ibadah, sebanyak yang mereka lakukan di bulan Rajab dan Ramadhan. Padahal, diwaktu amal ibadah kita diangkat untuk dinilai dan diterima Allah Azza Wajalla inilah, seharusnya semakin banyak amal dan ibadah yang kita tawarkan dan kita sertakan ke hadapan Allah Ta’ala. Di lain sisi, diangkatnya amal ibadah kita, sebenarnya juga berarti, semakin banyaknya amal yang “diminta” Allah Azza Wajalla. Permintaan yang tinggi ini datang ketika justru banyak orang lalai untuk beribadah. Di sinilah nilai tambah bagi orang yang beribadah dan tingginya nilai ibadah; di saat orang-orang enggan beribadah.
Di pertengahan bulan ini pula, Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa hamba-Nya.
“Allah turun ke langit dunia ini dengan menurunkan rahmat‐Nya pada malam Nisfu Syaban, sehingga Allah mengampuni segala sesuatu kecuali orang yang musyrik dan orang yang di dalam hatinya terdapat kedengkian.” (HR Al-Baihaqi dan Al-Bazzar)
Meski tidak perlu diperingati dengan acara-acara atau ritual khusus, tetapi patutlah kita semenjak dari awal bulan ini mempersiapkan segala sesuatu agar kita pantas untuk mendapatkan rahmat dan ampunan, di malam Nisfu Sya’ban tersebut. Tidaklah kita akan terlihat pantas untuk masuk ke dalam nominasi-Nya, jika kita tidak bersungguh-sungguh memenuhi persyaratannya dengan amal ibadah kita semenjak hari ini.
Persiapan Ramadhan
Dengan segala kebaikan dan keutamaan yang ada pada bulan Sya’ban , yang terpenting sekarang adalah apa yang harus kita persiapkan untuk meraihnya. Yang pertama adalah shiyam di siang hari. Sebagaimana kita ketahui dari hadits di atas bahwa Rasulullah Muhammad saw senantiasa berpuasa di hari-hari bulan Sya’ban, sehingga tidak ada bulan selain Ramadhan, yang lebih banyak beliau berpuasa di siang harinya, kecuali di bulan Sya’ban. Ini juga sekaligus sebagai latihan kita berpuasa di bulan Ramadhan. Orang yang belum terbiasa mengerjakan ibadah shiyam di bulan Rajab dan Syaban tentu akan sangat kelelahan manakala langsung berpuasa setiap hari di bulan Ramadhan.
Yang kedua adalah qiyamul lail atau mendirikan shalat malam. Akan sangat berat terasa manakala kita harus menegakkan shalat malam dan tarawih setiap hari di bulan Ramadhan, bila kita tidak terbiasa mendirikan shalat malam di bulan Rajab dan Syaban. Tentu kita tidak akan terbiasa mengantisipasi rasa kantuk dan lelah yang seringkali membuat kita batal bangun shalat malam.
Yang ketiga adalah membaca Alquran. Mempersiapkan diri untuk bisa mendapatkan ampunan di malam Nisfu Sya’ban dan mendapatkan takwa di bulan Ramadhan, tentu tidak akan lepas dari intensitas kita membaca dan mentadaburi Al-Quran. Sungguh, jalan menuju takwa itu adalah Alquran. Siapa yang berjalan di tuntunan dan peringatannya akan selamat hingga saat perjumpaan dengan Allah Ta’ala kelak.
Keempat, persiapan yang tak kalah penting adalah kesiapan finansial. Di bulan Sya’ban, Allah menerima amal shaleh orang-orang beriman dengan “harga tinggi”. Apalagi di bulan Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berderma pada orang-orang yang membutuhkan laksana angin yang bertiup. Karena sedekah tak hanya harta, kita harus berusaha untuk bisa melapangkan kesulitan orang lain.
Para ulama memiliki kebiasaan tersendiri di bulan Syaban yaitu bersedekah untuk orang-orang yang lemah ekonominya di bulan Sya’ban, agar para mustadh’afin bersemangat menyambut bulan Ramadhan dan bisa berpuasa dengan baik.
Terakhir, tingkatkanlah terus dzikir dan doa kita. Sungguh, tidak aka nada hari yang bisa kita lalui tanpa campur tangan pertolongan Allah Azza wa Jalla dan tidak ada yang bisa kita lakukan tanpa adanya izin Allah Ta’ala di baliknya.
Belum terlambat untuk merawat kebiasaan beramal shaleh dan meningkatkan kualitasnya di bulan Syaban ini. Sebaliknya, sungguh sangat merugi bila kita membiarkan waktu-waktu penting ini begitu saja. Karena, mungkin saja inilah Syaban dan Ramadhan terakhir kita.*