Segerakan Tobatmu!

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tentang apakah mereka saling bertanya? Tentang berita yang besar (hari Kebangkitan) yang dalam hal itu mereka berselisih. Sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui. Sekali lagi, tidak! Kelak mereka akan mengetahui.” (QS An-Naba ayat 1-5).

Bicara tentang hari kebangkitan, memang tidak akan mudah untuk menerima dan kemudian meyakininya. Oleh karena itu, iman terhadap hari pembalasan merupakan rukun iman yang kelima. Meyakininya, merupakan tanda dari tunduk dan patuhnya seseorang pada marka keimanan. Yang meskipun sulit untuk diterima akal pikiran kita yang terbatas, tetaplah harus diyakini oleh hati dan segenap kesadaran kita.

Sebelum Terlambat

Namun, segenap keraguan dan segala pertanyaan itu pasti akan hilang manakala nafas telah tiba di tenggorokan. Ketika malaikat maut menarik nyawa keluar dari tubuh. Di saat itulah, kita melihat dengan senyata-nyatanya bahwa hari kebangkitan dan akhirat itu benar. Dan, kita sudah tak lagi punya kesempatan untuk memutar ulang waktu untuk kembali ke belakang. Seperti yang dialami oleh Firaun di detik-detik terakhirnya, sebelum air laut menenggelamkannya.

“… hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS Yunus ayat 90).

Sungguh, semua telah terlambat manakala sudah berada di situasi ini. Manakala ajal telah menjemput. Iman seperti apa pun yang saat itu terucap, sudah tidak lagi berguna. Tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Di waktu naza’ atau dicabut nyawa inilah, orang-orang yang ingkar akan melihat tempat mereka di neraka dan seperti apa azab yang akan mereka dapatkan.

“Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata, ‘Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.’ Maka iman mereka ketika mereka telah melihat azab Kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah (ketentuan) Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir.” (QS Ghafir ayat 84-85).

Oleh karena itu, sebelum semua menjadi penyesalan, Allah Azza wa Jalla yang sangat mencintai hamba-hamba-Nya telah mengingatkan di dalam surat An-Naba bahwa manusia kelak akan mengetahui dengan pasti seperti apa  berita besar yang pasti dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya itu. Yaitu, berita tentang hari kebangkitan. Yang berisi pengetahuan tentang bagaimana kesudahan orang-orang kafir. Juga apa yang akan didapatkan oleh orang-orang beriman karena yakinnya mereka akan sesuatu yang sangat penting dan luar biasa dahsyatnya, walau mereka belum menghadapinya. Karena, iman mereka pada apa pun yang datang dari Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.

Allah Ta’ala dengan kasih sayang-Nya sudah mengingatkan dengan kalimat yang menghinakan mereka yang berada dalam keragu-raguan tentang hari kiamat. Sekaligus melarang kita untuk meragukan kepastian dan kedahsyatan hari Kiamat. Karena, itu pasti akan terjadi dan kita akan tahu dengan sejelas-jelasnya.

“Sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui. Sekali lagi, tidak! Kelak mereka akan mengetahui.” (QS. An-Naba ayat 4-5)

Bersegera, Jangan Menunda

Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang terus-menerus hanya sampai pada level bertanya-tanya dan ragu, padahal apa yang sedang kita lakukan itu benar-benar membuat hati kita gelisah. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  “Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan kejelakan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekkan itu dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia.” (HR. Muslim)

Jika sudah tahu itu dosa atau kesalahan, maka berhentilah. Jangan “ngeyel” lagi, lebih baik bertaubat. Agar dosa itu segera diampuni Allah Azza wa Jalla. Orang-orang di ayat 4-5 surat An-Naba ini sebenarnya adalah orang-orang yang sudah tahu akan peringatan adanya hari kebangkitan. Namun, mereka terus saja bertanya-tanya atau membahasnya tanpa kesudahan lewat diskusi-diskusi; tetapi intinya tetap sama. Malas beribadah. Tidak mau bergerak beramal saleh. Menunda-nunda ketaatan. Meski tahu itu dosa dan berbahaya.

Jadi, intinya, berhentilah menunda ibadah untuk mempersiapkan bekal menghadapi hari kiamat. Tidak hanya berhenti, tetapi jangan menunda untuk berhenti. Artinya, sekarang juga! Kita segera bertaubat. Jika sedang malas untuk melakukan ibadah, ingatlah bahwa kita akan menghadap Allah Ta’ala di hari kebangkitan, sekaligus hisabnya. Bila kita menunda, maka tidak ada yang akan kita tuai kecuali kekecewaan dan kegagalan. Bahkan, siksa di akhirat nanti.

Sesungguhnya kita sudah tahu kesudahan orang-orang yang menunda untuk beriman dan beramal shaleh. Kita juga tahu kesudahan orang-orang yang menunda taubatnya dari maksiat. Jangan sampai kita bernasib sama dengan Firaun yang beriman saat telah terperangkap ajal. Saat nyawa sudah hendak lepas di tenggorokan. Ketika itu, iman dan taubat kita sudah tidak lagi berguna. Buya Hamka mengatakan dalam tafsirnya: bertaubat di saat ajal telah di depan mata, samalah ia dengan menggantang asap (pekerjaan yang sia-sia). *

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru