Oleh KH Bachtiar Nasir
Nanti malam kita akan memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan tahun 1446 H. Tentunya banyak orang yang tidak mau kehilangan momentum istimewa ini. Mereka berburu rahmat Allah untuk mendapatkan malam lailatulqadar. Betapa indahnya.
Berbeda indahnya dengan dunia yang kita cari, yang indah dan bagusnya hanya sementara saja tetapi membuat kita hancur kelak di hari kemudian. Jangan sampai lengah.
Untuk itu, fokuslah. Jangan sampai kita kehilangan malam lailatulqadar. Coba pikirkan, bagaimana caranya agar kita bisa memantaskan diri di malam yang istimewanya seperti malam seribu bulan. Bagaimana caranya agar kita terpilih mendapatkannya?
Ingatlah, setiap orang punya kesempatan hebat yang sama, dan Allah menyediakan begitu banyak pintu dan kesemptan untuk itu.
Allah akan membimbing kita dengan Ilmu-Nya. Modal kita adalah taqwa kepada Allah. Pastikan kita siap menerima “undangan” malam lailatulqadar yang istimewa ini. Tujuannya adalah pembebasan dari api neraka.
Lawanalah, hal-hal yang bisa melalaikan kita dari malam lailatulqadar. Jadikan siang dengan shiyam, dan juga jadikan malam dengan qiyam. Mari perbanyak zikir dan istighfar. Lakukan amal-amal soleh yang bisa mendatangkan rahmat malam lailatulqadar, dengan segala aktivitas sesuai tuntunan Rasulullah. Sedekah, doa-doa terbaik, dan amalan saleh lainnya.
Kata Abu Hurairah, suatu hari kami pernah saling mengingat tentang lailatulqadar. Ketika kami bersama Rasulullah, maka Rasulullah bersabda:
أيكم يذكر حين طلع القمر وهو مثل شق جفنة
“Apakah salah satu dari kalian ingat ketika bulan itu muncul, dan ia seperti separuh mangkuk.” (HR. Imam Muslim nomor 1170)
Dan shahih juga dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa yang menghidupkan lailatulqadr karena iman dan mengharap pahala dari Allah, diampuni dosanya yang telah berlalu.” (HR. Imam Bukhari nomor 1901)
Disunnahkan berdoa bagi yang berkesempatan dan melihatnya hendaklah dia memperbanyak doa dan memuji Allah. Dan disunnahkan untuk memperbanyak pujian dan doa bagi siapa saja yang melihatnya, dan memperbanyak doa:
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah sungguh engkau Maha Pengampun lagi Maha Mulia, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku.” (HR. Imam Tirmidzi nomor 2508)
Jika seseorang pada malam lailatulqadar hanya membataskan pujian pada Allah maka itu lebih utama. Sesuai hadits qudsi yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam:
قال الله عز وجل: مَن شَغَلَهُ ذَكرِي عَن مَسْئلَتيِ اَعطَيتُ اَفضَلَ مَا اُعطِي السْاَئِلينً
“Allah Azza wa Jalla berfirman: Barang siapa yang disibukkan oleh dzikir kepada-Ku, dari meminta kepada-Ku, akan Aku berikan pemberian yang paling utama dari apa yang telah diberikan kepada para pemohon.” (HR. Imam Tirmidzi nomor 2927)
(*)