Oleh:
KH Bachtiar Nasir
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Qs. Al Imron ayat 102
Hanya beberapa hari tersisa waktu kita bersama Ramadhan. Di waktu-waktu yang paling berharga ini, jangan sampai kita melewatkannya dengan hal-hal yang tidak berguna dalam mendorong kita mencapai predikat takwa. Semoga sepuluh hari terakhir ini membawa berkah dan Allah Azza wa Jalla menolong kita dalam beribadah. Perbanyak berbagai macam amal shaleh yang terbaik seperti qiyamul lail, tilawah Al-Quran, dan berdzikir kepada Allah Ta’ala agar takwa itu Allah anugerahkan pada kita.
Target Takwa
Yakinlah bahwa sesulit apa pun bahkan semustahil apa pun, ternyata banyak hal yang menjadi mudah dan menjadi nyata dengan bertakwa kepada Allah Azza Wajalla. Bertakwa itu benar-benar menjadi kunci banyak urusan, bahkan kunci masuk surga pun adalah takwa kepada Allah Ta’ala.
Suatu hari seorang sahabat Nabi Muhmmad Saw yang bernama Abidzar Al Ghifari berjumpa dengan Rasulullah saw dan meminta sesuatu yang istimewa. Abidzar berkata, “Ya Rasulullah, berikanlah aku nasihat. Kemudian Rasulullah saw menjawab permintaan Abidzar dengan sabda beliau yang sangat istimewa. Rasulullah saw bersabda, ‘Hai, Abidzar hendaklah kamu bertakwa kepada Allah Swt karena takwa itu adalah pokok dari segala urusan’.” (Nasr bin Muhammad bin Ibrahim, Kitab Tanbih al-Ghofilin li Abi Laits As-Samarkindi)
Begitu pentingnya takwa dalam hidup kita. Oleh karena itu, di sepuluh hari terakhir ini, jadikanlah takwa sebagai target capaian tertinggi yang harus diperjuangkan. Apa pun kondisi yang kita hadapi. Mengantuk, lelah, berat, dan lain sebagainya, yang biasanya menggerogoti di sepuluh hari terakhir ini; upayakanlah tidak menjadi penyebab kualitas dan intensitas ibadah kita menurun. Bila kita menghadapinya dengan semangat ingin mencapai takwa, insyaAllah kita akan menemui titik balik dari berbagai macam tantangan itu, hingga mampu bertahan dan melakukan yang terbaik. Mintalah pertolongan Allah agar kita mendapatkan kemudahan dari segala hal yang memberatkan tersebut.
Di sepuluh hari terakhir ini banyak sekali keajaiban yang Allah berikan untuk orang-orang yang mau berjuang dengan menggunakan jalan takwa. Berbagai rintangan hidup yang harus kita lalui, tak lain adalah media yang Allah karuniakan agar kita kembali ke jalan takwa. Oleh karena itu, sebaik-baik usaha adalah dengan menggunakan jalan takwa kepada Allah Ta’ala.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” Qs. Ath-Thalaq ayat 2- 3
Ini Saatnya
Lalu bagaimana mendorong diri kita untuk bisa lebih “nge-gas” untuk mencapai takwa? Berpuasalah yang diniatkan untuk bisa meraih takwa dengan mengharap ridha dan pertolongan-Nya. Tambah lagi doa-doa kita untuk segala permasalahan yang sedang kita hadapi agar Allah Ta’ala memberikan jalan keluar dan hikmah.
Kerjakan amal-amal shaleh sebanyak-banyaknya meski itu adalah hal-hal yang kecil. Melangkah untuk takwa adalah pekerjaan yang tidak mudah. Butuh orang-orang yang mau dan mampu melakukan hal yang luar biasa dan konsisten untuk menjaga amalannya. Karena, untuk mendapatkan lailatul qodr sendiri – selain kehendak dan kasih sayang-Nya, membutuhkan amalan-amalan yang dilakukan secara tulus dan konsisten. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat biasa mempersiapkan Ramadhan semenjak bulan Rajab dan Sya’ban.
Berpaculah di sepuluh hari terakhir ini untuk melakukan amalan-amalan terbaik. Nikmat iman dan keridhaan Allah Azza Wajalla adalah hal yang harus benar-benar kita perjuangkan dan kita tingkatkan menjadi prestasi takwa. Ingatlah bahwa shaum ini adalah sarana untuk membuat seorang mu’min naik kelas menjadi seorang muttaqin. Output shiyam adalah takwa.
Jadi, juaranya Ramadhan adalah orang yang bertakwa. Takwa itu didapat dari medan juang yang bernama Ramadhan. Bukan di luar Ramadhan. Oleh karena itulah, Ramadhan menjadi begitu penting dan berarti karena di sinilah medan perjuangan yang sesungguhnya untuk bisa mencapai ketakwaan.
Mari gunakan energi terbesar dan terbaik yang kita miliki untuk berpacu di sepuluh hari terakhir ini. Jangan menyerah dengan segala rasa yang ada di dalam tubuh atau lingkungan kita. Mohonlah pertolongan Allah Ta’ala karena inilah “saatnya” yang paling menentukan.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kuda pacu apabila sudah mendekati garis finish, ia akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenangkan lomba. Maka jangan sampai engkau kalah cerdas dari kuda, karena sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya. Jika engkau belum menyambut Ramadhan dengan baik, paling tidak, engkau dapat melepasnya dengan baik.”
Akhirnya, semoga nasihat Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah ini menjadi tambahan “bahan bakar” kita: “Perbaiki (perbaguslah) yang tersisa, maka Allah akan mengampuni apa yang telah lalu. Manfaatkan hari yang masih tersisa, karena engkau tidak tahu kapan meraih rahmat Allah (bisa jadi di hari-hari akhir Ramadhan ini).”