Tafsir Mahmud Yunus
Buya Mahmud Yunus menjelaskan bahwa dari ayat 1 sampai 17, kaum Quraisy saling bertanya-tanya sesama mereka tentang hari kebangkitan. Mereka ragu dan berkata, “Apakah benar akan ada hari berbangkit sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an?” Pertanyaan ini muncul dari keraguan, bukan dari niat mencari kebenaran.
Tafsir Ibnu Abbas
Ibnu Abbas menuturkan bahwa orang-orang Quraisy sering berbincang-bincang tentang Al-Qur’an yang disampaikan Rasulullah ﷺ. Di antara mereka ada yang membenarkan, tetapi sebagian lain mendustakan. Perdebatan ini menjadi latar turunnya ayat, di mana Allah menegur mereka melalui pertanyaan retoris: “Tentang apa mereka saling bertanya-tanya itu?”.
Tafsir Buya Hamka
Buya Hamka menekankan bahwa ayat ini menggambarkan kaum Quraisy yang menjadikan hari kebangkitan sebagai bahan perdebatan tak berkesudahan. Mereka mempertanyakan, mendustakan, dan menjadikannya buah tutur di setiap majelis mereka. Pertanyaan ini bersifat ejekan dan penolakan terhadap kebenaran.
Tafsir Kontemporer
Dalam konteks linguistik modern, pertanyaan ini bukan sekadar untuk memperoleh informasi, melainkan sebuah bentuk sindiran dari Allah kepada orang-orang yang memperolok kebenaran. Allah menurunkan ayat ini untuk merendahkan mereka, dengan gaya bahasa retoris yang justru membalikkan pertanyaan mereka.