Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ustaz, jika seseorang melakukan perbuatan dosa atau maksiat dan dia tau perbuatan itu dilarang dan akan menyebabkan kemurkaan Allah SWT, kemudian dia bertaubat, apakah taubatnya diterima Allah? Dan apa maksud dari ayat yang artinya taubat yang diterima oleh Allah itu hanyalah taubat orang-orang yang mengerjakan kejahatan karena kebodohan? Mohon penjelasannya, Ustaz.
Hamba Allah.
Jawab:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّـهِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surat Az-Zumar [39]: 53).
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menegaskan kepada para hamba-Nya untuk jangan pernah berputus asa dari rahmat-Nya. Karena betapapun besarnya dosa dan maksiat yang telah dia lakukan, Allah SWT akan mengampuni jika mereka bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat. Meskipun mereka mengetahui dan menyadari bahwa mereka telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan akan mengakibatkan kemurkaannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي مُوسَى ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Abu Musa meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla membentangkan tanga-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat hamba yang berdosa di siang hari. Dan Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat hamba yang berdosa di malam hari, sampai matahari terbit dari barat. (Riwayat Muslim).
Sedangkan ayat yang dimaksud adalah ayat yang berbunyi:
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّـهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُولَـٰئِكَ يَتُوبُ اللَّـهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّـهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Surat An-Nisa` [4]: 17).
Dimana kalau kita melihat sekilas dan tidak membaca kitab-kitab tafsir, maka kita akan mengira bahwa taubat yang diterima oleh Allah SWT itu hanyalah taubat dari perbuatan maksiat yang tidak kita ketahui atau karena ketidaktahuan kita akan perbuatan itu sebagai dosa atau maksiat.
Tetapi, jika kita sudah membaca tafsir para ahli dan ulama tafsir, maka kita akan mengetahui bahwa ayat itu tidak bermaksud bahwa mereka itu mengerjakan maksiat karena tidak mengetahui bahwa perbuatan itu dosa atau maksiat. Karena seorang muslim yang mengerjakan suatu maksiat yang tidak diketahuinya maka itu sama dengan ia tidak mengerjakan maksiat itu.
Tetapi yang dimaksudkan dengan kebodohan atau kejahilan dalam ayat itu adalah keberanian untuk bermaksiat kepada Allah SWT yang Maha Mengetahui dan memiliki azab yang pedih, dan karena lebih memilih kesenangan dunia yang sebentar dan sedikit daripada kesenangan dan nikmat akhirat yang kekal dan tidak dapat kita bayangkan.
Imam Mujahid mengatakan bahwa setiap orang yang bermaksiat kepada Tuhannya maka ia adalah orang yang bodoh sampai ia berhenti dari maksiatnya. Ibnu Abbas juga mengatakan bahwa siapa yang melakukan kejahatan maka ia adalah orang bodoh, karena kebodohannya ia berani melakukan kejahatan tersebut.
Abu al-‘Aliyah meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa setiap orang yang melakukan dosa itu adalah orang bodoh, dan setiap orang yang bertaubat sebelum mati maka ia telah bertaubat dengan segera.
Al-Zujaj mengatakan bahwa mereka dikatakan bodoh karena lebih memilih yang sedikit daripada kesenangan yang banyak lagi kekal.
Oleh karena itu, jangan karena kita tahu suatu perbuatan itu dosa atau dilarang oleh Allah SWT tapi masih kita kerjakan, lalu membuatkan kita tidak mau bertaubat karena mengira bahwa Allah SWT tidak akan menerima taubat kita berdasarkan pemahaman kita yang salah terhadap ayat di atas. Karena di antara sifat hamba Allah SWT yang bertakwa adalah jika mereka tergelincir dalam perbuatan dosa atau menzalimi dirinya sendiri dengan berbuat maksiat maka mereka akan cepat kembali mengingat Allah SWT. Memohon ampunan dan bertekad untuk tidak jatuh kembali ke dalam perbuatan maksiat tersebut. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّـهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّـهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Surat Ali ‘Imran [3]: 135).
Wallahu a’lam bish shawab.*
KH Bachtiar Nasir