Al-Quran, Peringatan untuk Kehidupan

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu, kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan, adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan.”

Mari sejenak merenung; apa jadinya, bila hidup tanpa ada yang mengingatkan? Tanpa ada yang menunjuki jalan dan menahan langkah, bila kita mendekati bahaya dan bencana? Tentu telah lama kita tak lagi menjadi manusia atau hanya tinggal nama.

“Jalan hidup” yang lengkap dengan marka keselamatan dan alert yang sensitif terhadap bahaya, tentulah itu yang akan pilih. Itulah jalan hidup yang berpedoman pada Al-Quran yang mulia. Di dalamnya sarat petunjuk dan peringatan agar kita tidak tersesat, tidak mendapat murka Allah Azza wa Jalla, dan menjadi manusia sebagaimana seharusnya. Kata kuncinya terletak pada ketaatan pada peringatan agar kita senantiasa menomorsatukan apa yang Allah Subhanahu wata’ala perintahkan dan apa yang Allah kehendaki-Nya.

Pelajaran Hidup
Seperti apa yang diabadikan di dalam surat Abasa, surat ke-80 di dalam Al-Quran. Surat ini mengabadikan pelajaran yang luar biasa, manakala Rasulullah Muhammad saw mengabaikan bahkan bermuka masam pada sahabatnya, Abdullah bin Ummi Maktum yang buta. Abdullah bin Ummi Maktum adalah sahabat yang miskin dan ketika itu, Rasulullah saw tengah mengharapkan maslahat yang lebih besar dengan mendakwahi para pembesar Quraisy. Namun, Allah Azza Wajalla tidak ridha karena Allah Ta’ala lebih tahu, siapa orang yang mengharapkan ampunan dari-Nya, siapa orang yang ingin mendapatkan pelajaran dari rasul-Nya; dan siapa orang yang hanya ingin bermain-main dengan ayat-ayat-Nya karena merasa bahwa dirinya tidak lagi butuh tuhan.

Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. (Qs. Abasa ayat 7-10)

Allah Azza Wajalla tidak mengharuskan Rasulullah saw berhasil membuka hati para pembesar Quraisy itu dan tidak pula Rasulullah saw kemudian bersalah, jika mereka ternyata tetap menjadi penentang agama Allah Yang Maha Tinggi. Sementara, orang yang bersungguh-sungguh ingin belajar Islam dan bertaubat dari dosa-dosanya; orang seperti inilah yang harus segera dirangkul. Meski dia hanya orang fakir, bahkan tidak sempurna fisiknya. Inilah pelajaran yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada kita, bahwa Islam dan iman haruslah benar-benar karena Allah Ta’ala, bukan karena tendensi atau kepentingan. Meski, itu baik dalam pandangan dunia.

Peringatan dalam Hidup
Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan.” (Qs. Abasa ayat 11-14)

Inilah ajaran Allah yang diberikan-Nya pada kita. Peringatan agar kita tidak salah jalan dan bisa memberi manfaat pada sesama, di jalan-Nya yang lurus. Allah Ta’ala tidak pernah memaksa, juga tidak pernah mengkhususkan petunjuk-Nya berdasar ukuran dunia. Ini hanya untuk orang-orang yang ingin mendekat kepada-Nya dan ikhlas mengikuti peringatan-peringatan yang Allah berikan. Yang benar-benar ingin hidup di bawah tuntunan dan peringatan-Nya. Hanya untuk mereka yang mau: dicintai dan dilindungi Sang Maha pencipta Yang berada di arasy Yang Mahatinggi.

Kemudian, bagaimana caranya menjadikan Al-Quran sebagai peringatan yang efektif dalam hidup,? Perhatikanlah. Setiap ayat yang disampaikan. Baik berupa ayat yang terdapat di dalam Al-Quran ataupun yang ada di setiap inci tubuh kita; dalam penciptaan semesta beserta isinya. Ingat, pahami, dan amalkanlah setiap pengingat yang telah sampai pada diri kita.

Kemampuan untuk mengingat, memahami, dan mengamalkan ini hanya dapat mewujud dengan baik, manakala kita telah menempatkan Al-Quran sebagai sesuatu yang mulia, yang tinggi kedudukannya karena ia berasal dari Yang Mahatinggi, serta suci dari segala yang kotor, tak pantas, dan berbagai bentuk tendensi.

Jadi, inilah akhlak dan perilaku yang seharusnya kita lakukan dalam menyikapi Al-Quran menurut surat Abasa, dari awal ayat hingga ayat 14. Jadikanlah ia (Al-Quran) peringatan, jadikanlah ia pelajaran, dan jadikanlah ia cermin. Agar kita mampu bersikap seharusnya sebagai manusia, memahami hakikat adab terhadap sesama muslim, dan bersungguh-sungguh hidup di bawah naungan Al-Quran. Dan, berdoalah, semoga Allah mampukan kita menempatkan Al-Quran sebagai satu-satunya kitab yang mulia, tinggi, dan suci; dari setiap apa pun keinginan dan kepentingan dalam hidup kita.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru