Oleh:
KH. Bachtiar Nasir
وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan, janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (Surat Ali Imran ayat 139)
Bila masalah atau penyakit datang mendera, jangan berlama-lama bersedih dan membiarkan diri dirundung kesedihan. Karena, Allah dan Rasul-Nya tidak menyukai orang yang menggulung dirinya didalam kemurungan dan keputus-asaan; hingga membuatnya lemah dan tidak mau beranjak melakukan hal terbaik untuk mengubah keadaan.
Ciri orang berhasil dan selalu ingin berbahagia dengan karunia Rabbnya adalah mereka yang selalu membuat dirinya bersemangat dan bergerak mengerjakan yang bermanfaat. Mereka tahu persis bahwa kebahagiaan itu baru dapat dirasakan dengan mengukur seberapa dekat kita dengan Allah Ta’ala. Semakin melekat dengan-Nya, maka kebahagiaan itu akan semakin nyata terasa. Namun, sungguh, semakin jauh, semakin sulit bahagia itu ditemukan di dalam jiwa.
Prinsip Semangat Tinggi
Jadi apa sebenarnya semangat yang tinggi itu? Di saat dia berhasil mengecilkan dan merendahkan semua yang tidak akan membawa dia kepada puncak keberhasilan – apa pun itu urusannya. Jadi, dia melihat kecil pada urusan yang tidak membawanya dalam hal tinggi atau dia harapkan. Hal-hal “yang tinggi” saja yang ingin dia kejar dalam hidupnya. Meskipun orang-orang sekelilingnya menganggap itu adalah hal yang mustahil.
Prinsip yang paling penting adalah jangan merencanakan sesuatu yang tidak akan sungguh-sungguh akan kita kerjakan. Jika gagal dalam membuat rencana, maka berarti kita tengah merencanakan kegagalan. Untuk merencanakan kesuksesan, dibutuhkan pemikiran yang keras, keputusan yang besar, serta proses realisasi yang panjang dan menantang. Oleh karena itu, ada baiknya jika seorang muslim sejak muda telah terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat dan sulit. Insyaallah, kedepannya akan mudah menyelesaikan masalah yang berat. Namun, bila terbiasa mengerjakan berbagai hal mudah dan menolak mengerjakan hal yang sulit maka dimasa depan akan berat untuk dapat menjalani kehidupan, apalagi mengubah masa depan yang sulit menjadi indah.
Biasakan diri menjadi orang yang bersemangat tinggi. Yaitu, orang yang memiliki semangat yang istimewa dengan target yang luar biasa. Bedanya si pemalas dengan orang yang bersemangat adalah orang yang malas biasanya merasa sudah banyak mengerjakan berbagai hal. Padahal itu masih sebatas angan-angan belaka.
Namun, orang yang bersemangat tinggi biasanya bekerja seoptimal mungkin dan dia masih terus memasang target pencapaian yang lebih tinggi lagi karena ia ingin mencapai ridha Allah dengan memberi manfaat yang lebih dan lebih besar lagi pada agama Allah. Inilah salah satu ciri orang bersemangat tinggi, yaitu ketika ia memberikan sesuatu, pastilah yang terbaik karena dia juga selalu ingin mencapai yang terbaik.
Tak Ada yang Lebih Penting dari Allah
Prinsip yang tidak boleh dilupakan dalam kaidah semangat yang tinggi adalah jangan sampai jiwa seorang mukmin terlepas dari Allah dan jangan sampai Allah tergantikan dengan sesuatu apa pun. Oleh karena itu, jika ingin mencapai sesuatu, maka lihatlah adakah agama Allah di dalam hal yang diinginkan itu.
Orang-orang Mukmin, layaknya para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, selalu melekatkan apa yang akan dia kerjakan dengan “adakah Allah dan Rasul-Nya disana”. Orang seperti, ini bila ia jatuh maka ia akan bersabar karena Allah dan apabila ia sukses maka dia akan bersyukur kepada Allah.
Orang yang bersemangat tinggi adalah dia yang memahami bahwa hidup itu sejatinya hanya akan menemui dua tikungan. Bila tak mungkin lagi lurus dan menjejak di jalur yang normal maka dia akan menepi ke kiri untuk bersabar dalam menghadapi masalah; atau menepi ke kanan untuk mensyukuri segala apa yang telah Allah berikan dan Rasulullah ajarkan kepada kita untuk menjalani hidup.
Orang yang seperti ini, jika ia tertimpa musibah maka dia akan cepat bangkit. Tidak akan fokus untuk menekuni rasa sakit atau galau. Namun, dia lebih fokus pada bagaimana ia harus bersabar dan mencari jalan keluar dari masalah atau penyakit yang dia rasakan.
Orang yang memiliki semangat tinggi tidak akan sibuk memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Sesuatu yang dikhawatirkan hanya akan membuat perasaan tertekan, jiwa tidak tenang, dan pada akhirnya penyakit yang akan datang.
Bila kita bertemu dengan kondisi yang tidak diinginkan atau diluar kemampuan dan rencana yang sudah sebaik mungkin kita persiapkan, maka carilah hikmah dibalik apa yang kita hadapi saat ini. Cara yang paling efektif dan positif untuk kita lakukan adalah mendekat kepada Allah. Jangan kemudian berpikiran untuk mengikuti rasa malas atau berpikiran untuk mencari jalan curang. Biasakanlah untuk selalu mengisi pikiran kita dengan hal-hal positif dan berusaha untuk selalu mendekat kepada Allah Azza wa Jalla.
Ibnu Qayyim mengatakan, bahwa orang-orang yang beriman itu manakala mendapati masalah yang membuat pikirannya berat maka dia tidak akan pernah menggantikan Allah dengan yang lain. Ada uang tetapi menggantikan Allah, dia tidak akan mau. Tersedia jabatan, tetapi bila itu merendahkan agamanya, dia tidak akan peduli. Ada kesempatan, tetapi jika akan menghinakan martabat diri dan keluarga maka dia tidak akan mau. Yang jelas, jika itu menjauhkan dia dari Allah dia tidak akan mau.
Dia tidak akan pernah mau menjual kebahagiaannya bersama Allah, dia tidak akan menghianati kedekatannya dengan Allah, dan ketundukkannya kepada Allah. Seorang mukmin sejati tidak akan mengganti dengan apa pun, semua yang telah dia dapatkan dari Allah untuk ditukarkan dengan hal rendah dan fana di dunia ini.
Orang yang kemudian menukarkan apa sudah diperolehnya dari Allah dengan apa yang dianggapnya lebih tinggi dan lebih bergengsi – padahal itu semua rendah dan hina di mata Allah; maka dia tidak akan pernah mendapatkan apa yang diinginkannya. Apalagi merasa bahagia dan tercukupi.
Kemewahan memang melekat pada dirinya, tetapi kebahagiaan bagaikan tak ingin mendekat kepadanya. Semuanya seakan tidak pernah berjejak di dalam hidupnya dan hidupnya tidak pernah memiliki arti. Itu karena dirinya sendiri yang telah menghapus arti hidupnya sebagai hamba, yang seharusnya tunduk dan ridha pada apa pun yang Allah berikan sebagai Pemilik hidupnya.
Sadarilah bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan segala sesuatu yang tinggi dalam kehidupan, manakala kita tidak melekatkannya kepada Allah yang Mahatinggi dengan segala aturan-Nya yang akan meninggikan kita. Karena itu jangan lupa, boleh kita menggantungkan apa yang kita inginkan dan cita-citakan setinggi langit, tetapi jangan sampai kita lupa siapa Pemilik langit tersebut dan jangan sampai, kita tidak berjumpa dengan Allah di langit tersebut. Puncak semangat tinggi adalah ketika segala sesuatu dilekatkan dengan Allah dan tidak tergantikan dengan apapun. Itulah puncak semangat yang sesungguhnya.*