Oleh KH Bachtiar Nasir
Tujuan dari Ramadhan kita adalah menjadi manusia yang bertaqwa, seperti yang tertera pada akhir ayat 183 Surah Al-Baqarah.
Lalu, bagaimana cara kita mencapai puncak taqwa, terutama di waktu-waktu di mana Ramadhan akan berakhir. Kebaikan apa yang mesti kita lakukan?
Lihat Surah Al-Baqarah ayat 177:
لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَا لْمَلٰٓئِکَةِ وَا لْكِتٰبِ وَا لنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰ تَى الْمَا لَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنَ وَا بْنَ السَّبِيْلِ ۙ وَا لسَّآئِلِيْنَ وَفِى الرِّقَا بِ ۚ وَاَ قَا مَ الصَّلٰوةَ وَاٰ تَى الزَّکٰوةَ ۚ وَا لْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا ۚ وَا لصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 177)
Tafsir Al-Mukhtashar:
“Kebaikan yang diridai Allah bukanlah sekadar menghadap ke arah timur atau barat dan bersengketa tentang hal itu. Tetapi kebaikan yang sesungguhnya ialah pada orang-orang mempercayai Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, mempercayai adanya hari Kiamat, mempercayai seluruh malaikat, mempercayai semua kitab suci yang diturunkan oleh Allah, mempercayai semua nabi tanpa membeda-bedakan antara mereka, juga menginfakkan harta – meskipun harta itu sangat disukai dan disayangi kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang asing yang kehabisan bekal di perjalanan yang jauh dari keluarga dan kampung halamannya.”
Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam:
Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dan bertanya, sedekah yang bagaimana yang paling tinggi tingkatannya?
Rasulullah SAW bersabda:
“Sedekah yang paling besar pahalanya adalah ketika engkau bersedekah dalam keadaan sehat, sangat menyayangi harta dan kikir, takut miskin, dan mengharapkan kekayaan. Janganlah engkau menunda-nunda hingga nyawamu sampai di tenggorokan, lalu engkau berkata, ‘Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian,’ padahal harta itu memang sudah menjadi milik fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, janganlah lupa bahwa keluarga terdekat juga berhak menerima sedekah. Membantu mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga mempererat tali silaturahmi, mendapatkan dua pahala, yakni pahala sedekah dan pahala silaturahim.
Rasulullah SAW bersabda: “Dinar yang paling utama yang diinfakkan seseorang adalah dinar yang diinfakkan kepada keluarganya.” (HR. Muslim)
Silaturahim yang dimaksud adalah, kita mendatangi dan menyambung orang yang memutus silaturahim dengan kita, dan bersedekah kepadanya. Inilah kebaikan yang bisa menundukkan atau melemahkan orang lain, dengan sedekah dan uluran silaturahim.
Meningkatkan taqwa dengan mengingat kematian
Cukuplah kematian menjadi nasehat. Dengan mengingat kematian,kita akan memperbanyak bekal, dan sebaik-, baik bekal adalah taqwa.
Hati yang susah dan sempit, dengan mengingat kematian akan jadi lapang dan langkah-langkahnya jadi terbimbing oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
Di dalam Surah Al-Baqarah ayat 1 sampai 6, kita ditunjukkan tentang ciri orang yang bertaqwa dalam bentuknya yang lebih kongkrit.
Pada Surah Al-Baqarah Ayat 177, juga ciri-ciri orang yang bertaqwa. Pada ayat ini, disebutkan rukun iman. Tetapi beriman pada hari akhir didahulukan setelah iman kepada Allah. Mengapa demikian? Sabab iman kepada hari akhir merupakan aplikasi beriman kepada Allah.
Jika dua hal ini kita tidak jalankan, maka kita termasuk munafik. Misalnya, dalam menerima tamu kita bisa melihat, apakah kita munafik atau tidak. Ada tuntunan Rasulullah, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya.
Apakah cara kita memuliakan tamu berbeda, antara orang yang kaya dan orang yang mau berhutang?
Jalan kebaikan untuk meningkatkan taqwa
Ada juga tuntunan Rasulullah yang lainnya tentang kebaikan. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.
Jika kita berbuat baik karena Allah dengan panduan kitab suci melalui contoh Nabi, kebaikan itu adalah memberikan harta yang kita cintai kepada para kerabat, orang-orang miskin, musafir, dan peminta-peminta.
Seperti disebutkan di atas pada ayat 177 Surah Al-Baqarah, “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (*)