Istikamah Beribadah

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), ‘Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu’.” (QS. Fussilat ayat 30).

Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang sangat berkomitmen dalam beribadah. Bila ada ibadah yang biasa beliau lakukan, tetapi kemudian beliau meninggalkannya karena ada urusan jihad yang lebih penting, maka beliau akan menggantikannya di waktu yang lain. Seperti ketika Rasulullah tidak beri’tikaf karena ada panggilan jihad (dan panggilan jihad itu lebih besar pahalanya daripada orang yang mendirikan shalat di malam Lailatul Qadr), maka beliau menggantikannya dengan beri’tikaf di bulan Syawal. Begitu pula ketika beliau tidak melakukan shalat malam, maka beliau akan menggantikannya dengan shalat Dhuha di pagi hari sebanyak 12 rakaat.

Berangkat dari teladan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, keistikamahan ini sangat penting. Terutama saat ini, pasca Ramadan usai. Istikamah dalam melanjutkan ibadah secara intensif di luar bulan Ramadan sangatlah penting. Salah satunya adalah tetap intens beristighfar diluar bulan Ramadan. Di waktu ini, barangsiapa yang mulai “kering kantongnya” selepas Idulfitri, maka sering-seringlah beristighfar kepada Allah Azza wa Jalla. Minta ampun yang sebenar-benarnya kepada Allah Ta’ala, dengan ridha-Nya, Insyaallah rezeki akan kembali mengalir dengan berkah.

Allah Ta’ala berfirman:

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’.” (QS. Nuh ayat 10-12)

Sejatinya, mintalah ampun kepada Allah Ta’ala dengan sungguh-sungguh sampai seperti orang yang “mengulang-ulang”. Kaidah mengulang-ulang seperti memaksa ini, tidak diizinkan bila meminta kepada sesama manusia. Namun, memohon ampunan, pertolongan, karunia hingga perlindungan, hidayah dan yang lainnya kepada Allah Ta’ala hingga merayu, menangis, dan “memaksa-maksa” kepada Allah Azza wa Jalla justru akan membuat kita menjadi hamba yang sesungguhnya dan membuat-Nya senang.

Lalu apakah boleh kita beristighfar bersebab ingin mendapatkan kemudahan rezeki dari Allah Ta’ala? Boleh saja, tetapi luruskan dulu niat kita untuk mendapat ampunan Allah Ta’ala dan benahi cara kita meminta ampun kepada Allah Ta’ala. Dan, disisi lain, kita harus memahami bahwa mungkin harta yang sedikit kita miliki saat ini adalah karunia dari Allah Azza wa Jalla.

Memiliki harta yang banyak itu bukan perkara mudah. Menggenggam dunia di telapak tangan itu sangat berbahaya. Bisa menjerumuskan kita pada dosa yang berujung di neraka. Oleh karena itu, seberapa banyaknya harta yang kini kita punya, syukurilah dan mohonlah keberkahan di dalamnya.

Mintalah Ketetapan Iman
Namun demikian, bila kita diberikan dua pilihan antara kenikmatan dunia dan keistikamahan dalam iman, maka pilihlah untuk tetap berada dalam jalan lurus keistikamahan dalam iman. Karena, tidak ada yang mampu menyelamatkan hidup kita selain iman dan takwa kepada Allah Azza wa Jalla. Berdoalah kepada-Nya.

Berdoalah, “ Allahumma habib ilainal iman wa zayyinhu fii qulubina wa karrih ilainal kufra wal fusuqa wa ‘ishyan waj’alna minarrasyidin.” Yang artinya, “Ya Allah jadikanlah kami mencintai keimanan dan jadikanlah keimanan itu indah di dalam hati kami serta jadikanlah kami benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Dan, jadikanlah kami termasuk diantara orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.

Lalu bagaimana caranya agar istiqomah itu membara di dalam dada setelah Ramadhan, berdoalah kepada Allah Ta’ala. Salah satunya adalah minta tolong kepada-Nya agar kita tetap dimudahkan untuk berzikir, diingatkan untuk bersyukur, dan dikuatkan untuk memperindah ibadah kita.

“Allahumma a’inni ‘alaa dzikrika wasyukrika, wahusni ‘ibadatik walataqilni ilaa nafsi thorfata ‘ain (Tolong aku ya Allah agar aku tidak pernah berhenti berdzikir, tidak pernah berhenti bersyukur, dan memperindah dan memperbanyak ibadahku dan jangan kau serahkan diriku pada diriku sendiri, walau sesaat).”

Mintalah melalui doa-doa ini secara berulang-ulang. Setelah berdoa berulang-ulang, maka lanjutkanlah dengan zikir yang berulang-ulang. Jagalah hati dan diri kita dari tersusupi dengan yang selain Allah Ta’ala. Berdoalah, “Yaa muqalibal qulubi, tsabbit qalbi ‘aladdinik (Wahai Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, tegakkanlah hati kami di atas agama-Mu).”

Sebab, tersusupi oleh yang “selain Allah” untuk kita jadikan sandaran dan tempat bergantung, itu akan sangat berbahaya untuk kehidupan kita. Semakin banyak “selain Allah” yang masuk ke dalam hati dan pikiran kita, maka akan semakin banyak problematika hidup yang akan menyerang diri kita. Oleh karena itu, banyaklah mengintrospeksi diri dan menjaga hati kita dari “tuhan, tempat bergantung, tempat meminta, dan lain sebagainya” selain Allah Ta’ala karena ketenangan dan keselamatan hidup kita dipertaruhkan di dalamnya.

Akhirnya, istikamahlah terus dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Terus dan tetaplah menjadikan-Nya sebagai Rabb Yang Maha Memberi kehidupan dan merawat kita di dunia dan di akhirat kelak. Istikamahlah dalam takwa. Hingga Allah Ta’ala akan menurunkan berkah dan perlindungan-Nya berupa malaikat-malaikat yang akan membersamai kita seraya berkata, “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru