Oleh:
KH Bachtiar Nasir
ADA kisah pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika itu, Rasulullah dan kaum muslimin tengah melakukan persiapan perang. Lalu ada remaja berusia 12 tahun membawa pedang. Pedangnya lebih panjang dari tangannya. Karena berat, akhirnya pedangnya ia gendong. Lalu datang ke depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Ya Rasulullah, aku sudah izin kepada ibuku. Mau ikut berjihad bersamamu ya Rasulullah.”
“Nak, kamu masih punya ibu? Pulang dulu, jaga ibumu saja. Bapakmu ada tidak?
“Bapak saya sudah tidak ya Rasulullah. Tetapi saya sudah diperbolehkan, dizinkan oleh ibu ikut berperang.”
Ketika diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali pulang, remaja ini bukan malah senang karena tidak jadi ikut berperang. Dari raut wajahnya nampak kekesalan. Akhirnya pedang yang dibawa diseret olehnya.
Kalau ibu-ibu sekarang bagaimana sikapnya? Kira-kira ibu-ibu sekarang bilang apa, ketika tiba-tiba sang buah hati meminta izin untuk berjuang di jalan Allah?
Remaja itu luar biasa. Kira-kira diberi makan apa, sehingga dia begitu antusias menyambut seruan berjuang di jalan Allah Ta’ala? Meskipun Rasulullah menolaknya.
Ya, beda doa dan harapannya. Tahukah doa ibunya Siti Maryam? Hannah binti Faqudz merupakan ibunda Siti Maryam. Kenapa punya anak hebat seperti Siti Maryam. Karena kekuatan doa.
Doa Hannah ini terekam pada surat Ali Imran ayat 35.
إِذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Anak yang dilahirkan Hannah ini bukan perempuan biasa, melainkan perempuan luar biasa. Anak itu menjadi hebat. Menjadi perempuan suci, Siti Maryam.
Kondisi kekinian, amat jarang para bunda yang mendoakan dan mengharapkan anaknya berjuang dan menjadi pejuang di jalan Allah Ta’ala. Yang terdengar dari doa-doa bunda sekarang lebih mengharapkan anak-anaknya hidup bahagia di dunia.
“Nak nanti kalau sudah besar jangan bikin susah suamimu ya. Cari uang sendiri, jadi kamu bisa bebas belanja tidak tergantung dari suami kamu.”
Ada tidak doa orang tua seperti itu?
“Nak sekolahnya yang tinggi, supaya kamu bisa mendapat pekerjaan yang bergengsi.”
Doa-doa itu yang kemudian, banyak para perempuan yang belum menikah. Sibuk dengan kerjaannya. Mengejar karir. Karena pola didik orang tuanya. Ibunda Siti Maryam tidak seperti itu. Siti Maryam dididik oleh orang tua sejak masa kandungan dalam doa-doanya.
Perlu diingat, orang besar itu bukan yang jika makan di piring besar. Orang besar itu yang sejak awal hanya ingin menyebut nama Sang Maha Besar. Orang besar itu adalah orang yang dadanya disesaki nama Sang Maha Besar. Orang besar itu adalah orang yang hanya ingin menegakkan titah-titah Sang Maha Besar.*