JAKARTA–Genap setahun tragedi genosida di Gaza menjadi luka yang tak kunjung sembuh, luka yang tergores dalam sejarah umat Islam. Pada Jum’at (4/10/2024), KH. Bachtiar Nasir, Lc., M.M. (Pimpinan AQL Islamic Center) menyampaikan khotbah di Masjid AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, dengan tema “Refleksi 1 Tahun Genosida di Gaza.”
Sebagai ulama yang dikenal dalam tadabbur Al-Qur’an dan Ketua Jaringan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI), KH. Bachtiar Nasir menyerukan umat Islam untuk tidak membiarkan penderitaan saudara-saudara kita di Gaza berlalu tanpa aksi nyata.
Allah Tidak Lengah dari Apa yang Dilakukan oleh Orang Zalim
KH. Bachtiar Nasir membuka khutbahnya dengan ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa Allah tidak akan membiarkan kezaliman berlalu tanpa pembalasan. Ia mengutip firman Allah dalam Surah Ibrahim ayat 42:
“Dan janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak.” (QS. Ibrahim [14]: 42)
Ayat ini menjadi pengingat kuat bahwa meskipun kezaliman terus berlangsung di Gaza, Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki rencana besar untuk menegakkan keadilan di dunia ini maupun di akhirat. Setiap kejahatan yang dilakukan oleh mereka yang bersekutu dalam penindasan tidak akan luput dari pengawasan Allah. Meskipun dunia tampak diam, Allah pasti membalas segala bentuk kezaliman.
Setahun Penuh Luka di Gaza
KH. Bachtiar Nasir melukiskan keadaan Gaza selama setahun terakhir sebagai masa penuh penderitaan yang melampaui batas. Ribuan nyawa hilang, rumah-rumah hancur, dan harapan anak-anak Palestina direnggut oleh kebisuan dunia. Dunia seolah menutup mata terhadap genosida yang dilakukan di Gaza, sementara setiap tangisan, rintihan, dan jeritan meminta keadilan.
“Setiap detik penderitaan mereka adalah jeritan keadilan yang menantang kemanusiaan. Bagaimana mungkin luka sepanjang ini bisa tertutupi oleh waktu? Bagaimana mungkin kebenaran bisa dikalahkan oleh kekuatan?” tegasnya dalam khutbahnya.
KH. Bachtiar Nasir mengajak jamaah untuk merenungi bagaimana dunia ini telah gagal dalam menjaga kemanusiaan dan keadilan. Gaza menjadi simbol kekuatan dan keteguhan jiwa yang tak bisa dihancurkan oleh apapun. Meski tubuh mereka hancur, keyakinan dan harapan mereka tak pernah mati.
Solidaritas Islam, Bukan Hanya Slogan
Dalam khutbahnya, KH. Bachtiar Nasir mengingatkan bahwa genosida di Gaza bukan hanya persoalan politik internasional, tapi lebih dari itu, ini adalah masalah keislaman dan kemanusiaan. Ia mengutip hadits Rasulullah ﷺ yang menggambarkan bahwa umat Islam adalah seperti satu tubuh:
“Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari)
Dalam konteks ini, KH. Bachtiar Nasir menegaskan bahwa solidaritas umat Islam harus lebih dari sekadar slogan. Umat Islam harus menguatkan persaudaraan, jihad, dan pengorbanan untuk melawan kezaliman. Hanya dengan kebersamaan dan kekuatan, umat Islam bisa menghentikan dominasi dan hegemoni kelompok yang menindas.
“Percayalah, tidak akan ada yang peduli pada umat Islam kecuali umat Islam sendiri yang berdiri di atas kakinya, dengan kekuatan persaudaraannya, dengan kekuatan jihadnya, dengan kebersatuannya, dengan pengorbanannya,” ucapnya penuh semangat.
Tanda Peringatan dan Balasan Bagi Para Penindas
KH. Bachtiar Nasir juga menekankan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan memberikan balasan kepada mereka yang zalim. Mengutip hadits Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“Sesungguhnya Allah menangguhkan orang zalim, tetapi ketika Dia mengambilnya, tidak akan ada kesempatan baginya untuk lepas.”
Ia juga membaca Surah Hud ayat 102 sebagai peringatan bahwa azab Allah atas orang-orang yang zalim sangatlah pedih dan keras. Mereka yang terlibat dalam genosida di Gaza akan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat.
Mengakhiri khutbahnya, KH. Bachtiar Nasir mengajak jamaah untuk merenungkan kembali apa yang telah dilakukan untuk membantu saudara-saudara di Gaza. Sebagai umat Islam, kita tak boleh hanya menjadi saksi bisu atas penderitaan mereka.
“Tanggal 7 Oktober, genap satu tahun peristiwa genosida Gaza. Jangan sampai hari-hari yang berlalu itu, kita tidak menjadi bagian dari sejarah. Karena diam adalah pengkhianatan. Hening adalah pengkhianatan. Bangkitlah dan tolonglah saudara-saudaramu.”
Refleksi ini menjadi ajakan untuk bangkit, beraksi, dan memperkuat persaudaraan umat Islam. Diam hanya akan memperpanjang penderitaan mereka yang tertindas. Sebaliknya, persatuan dan solidaritas adalah kunci untuk menghentikan segala bentuk kezaliman yang terjadi di dunia ini, khususnya di Gaza.
KH. Bachtiar Nasir berharap agar umat Islam tidak surut dalam semangat membantu Gaza, dan terus menjaga kepedulian terhadap nasib saudara-saudara yang tengah tertindas.* (MBS)