Oleh:
KH Bachtiar Nasir
KITA diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai mahluk sosial. Tidak dapat hidup sendiri, beribadah pun tidak bisa sendiri, dan sangat berharap kelak masuk surga pun bersama orang-orang yang kita cintai. Sebagaimana yang diperintahkan dalam surat At-Tahrim ayat 6; kita diamanahkan untuk menjaga agar tak hanya diri kita yang selamat dari api neraka, tetapi juga seluruh anggota keluarga kita.
Tentu bisa masuk surga sekeluarga, merupakan dambaan setiap orang karena keluarga adalah orang-orang yang terikat dalam perasaan cinta, kasih sayang, dan nilai-nilai luhur yang sama.
Cara pertama dan yang paling penting untuk bisa masuk surga sekeluarga adalah tekad untuk masuk surga bersama. Tekad ini tak bisa hanya ada dalam hati kedua orangtua, tetapi juga harus dipahami dan didambakan oleh anak-anak dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah. Sehingga setiap anggota keluarga akan saling bahu-membahu mengingatkan dan menjaga agar semua orang on the track menuju surga.
Cara kedua adalah menghadirkan “suasana surga” di dalam rumah. Agar setiap orang mampu memahami dengan pikiran, mampu merasakan indahnya surga dengan hati, dan mau bergerak untuk mewujudkan surga kecil di dalam rumah. Memberikan gambaran surga yang terbaca oleh seluruh anggota keluarga akan memotivasi untuk berlomba dan saling menggandeng menuju surga.
Seperti apa suasana surga yang dapat diciptakan di dalam rumah? Sebagaimana yang difirmankan Allah Azza wa Jalla; wajah-wajah yang selalu berseri, itulah wajah para penghuni surga. Untuk menghadirkan wajah seperti inilah suasana yang ceria dan bahagia sangat diperlukan. Maka, anak-anak akan melihat wajah ibu mereka yang selalu tersenyum penuh kesabaran dalam membimbing mereka dan wajah ayah yang cerah manakala mendengar cerita sekaligus rengekan mereka. Suasana ini tentu sangat membahagiakan dan membuat setiap anggota keluarga akan betah di rumah. Karena, rumah bagaikan surga yang membuat hati menjadi tenang dan penuh dukungan kasih sayang.
Berpikir Positif
Lalu bagaimana agar senyum dan wajah yang berseri itu bisa selalu menghiasi rumah, padahal dinamika keluarga selalu sarat masalah? Cara yang paling ampuh adalah dengan selalu berpikir positif. Lihatlah apa yang berbentuk masalah di depan mata sebagai hal positif yang sedang Allah ajarkan kepada kita.
Bila si adik sedang menumpahkan makanannya di atas sofa, ingatkanlah hati bahwa dia baru seorang balita yang belum memiliki kemampuan motorik yang sempurna. Maka, langkah yang terbaik adalah mengajarkannya untuk berlatih mencapai kesempurnaan motoriknya.
Kemudian, apa yang harus dilakukannya untuk bisa melakukan berbagai hal dengan baik. Kendalikan keterkejutan dan tahan keluhan, apalagi teriakan. Lebih baik bimbing si kecil untuk mengambil lap, cairan pembersih, dan kantong untuk menampung ceceran makanan yang sudah tumpah. Kita akan mencapai tujuan untuk mengajarkan. Si kecil dapat belajar serta merasa tetap merasa aman, walaupun dia tahu telah berbuat kesalahan. Kelak, ia tahu bahwa kesalahan untuk diperbaiki, bukan untuk disembunyikan, apalagi dilemparkan pada orang lain.
Inilah kekuatan pikiran positif, energinya akan membangun. Membuat kita bisa tetap tersenyum, bersabar, dan mengajak siapa pun belajar. Hingga setiap anggota keluarga kelak terbiasa saling mengingatkan, saling mendukung, dan bahkan berlomba menuju surga dengan cara yang terbaik.*