Membebaskan Al-Aqsha dari Masjid

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH. Bachtiar Nasir

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Isra ayat 1).

Ketakwaan yang harus kita miliki hari ini, tidak cukup untuk kepentingan ibadah dan keluarga sendiri. Dunia Islam sedang memanggil kepala keluarga dan para pemuda, bahkan seluruh elemen keluarga Muslim untuk menjadi bagian dalam pembebasan Al-Aqsha. Yang kehormatannya saat ini sedang dihina dan diinjak-injak oleh zionis Israel.

Pembebasan masjid Al-Aqsha, terkait dengan siapa yang sedang berkuasa di muka bumi hari ini. Wajah Al-Aqsha mencerminkan wajah penguasa dunia karena disinilah poros utama dunia berada. Di Gaza hari ini, terutama Gaza Utara, semua orang sedang menatap kematian.

Entah apa yang menjadi sebabnya; karena dibom dan ditembak Zionis atau karena kelaparan, penyakit, atau udara dingin yang menusuk tulang karena tidak adanya tempat bernaung yang layak. Namun, ujung tetap sama. Mati. Meski pasukan PBB atau relawan dan media di sana berteriak sebagai saksi, tetapi dunia tetap diam. Tetap bungkam, menyaksikan tragedi kemanusiaan di luar nalar kemanusiaan itu. Seperti tidak terjadi apa-apa.

Harapan Itu adalah Masjid
Oleh karena itu, sungguh; pembebasan Al-Aqsha menjadi sesuatu yang terasa mustahil manakala diupayakan di parlemen dan tak lagi berjiwa manakala dipercayakan pada istana para raja dan pemimpin dunia.

Semua itu hanya akan menjadi nyata, manakala pembebasan tanah para nabi ini dilakukan dari masjid. Mengapa dari masjid? Karena disinilah kekuatan Islam itu akan benar-benar tumbuh dan menjadi mewujud menjadi kekuatan yang sesungguhnya. Kekuatan iman dan kekuatan jiwa kaum Muslimin hanya dapat tumbuh, dipupuk, dan menjulang disini.

Bukan di ruang kelas, ruang kuliah, diskusi ilmiah, atau sekadar janji politis.
Harapan itu ada di masjid. Karena, sejak awal Allah Ta’ala jadikan masjid menjadi tempat bersujud kepada-Nya. Disinilah Allah menurunkan banyak rahmatnya, sehingga orang-orang yang ada di dalamnya mendapat pertolongan dari Allah Azza wa Jalla. Perhatikan QS Al-Isra ayat 1 yang ada di atas, “Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Mari kita perhatikan dengan mata dan hati yang jernih. Bahwa, pada ayat ini jelas, Allah Azza wa Jalla mengatakan bahwa Dia memperjalankan hamba-Nya dari Masjidil Haram menuju masjidil Aqsha. Jadi, masjidil Haram maupun masjid Nabawi yang ada di Mekah dan Madinah, bukanlah tujuan akhir. Namun, justru menjadi titik berangkat sebuah perjalanan yang diberikan Allah Azza wa Jalla pada hamba-Nya (Nabi Muhammad saw).

Jangan sampai ada di antara kita yang mengira, bahwa sudah sempurna keimanannya hanya karena sudah pernah pergi umrah atau haji. Padahal di ayat ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam diberi tugas lain yang disampaikan dengan perjalanannya dari masjidil Haram menuju masjidil Aqsha. Menilik tugas yang diberikan kepada Rasulullah saw untuk kita dalam peristiwa Isra dan Mi’raj tersebut, kita punya tugas yang panjang. Tidak cuma mengagungkan Allah Ta’ala di Masjidil Haram dan Nabawi, tetapi juga untuk mengangungkan nama-Nya di Masjidil Aqsha. Hingga kelak kita akan berjumpa dengan-Nya di alam akhirat.

Kita Bagian Estafet Perjuangan
Tugas kitalah, umat Islam di masa ini, untuk meneruskan perjuangan memuliakan Masjidil Aqsha. Di tempat inilah Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengadakan muktamar terbesar sepanjang persejarahan manusia. Yaitu, dengan berkumpul bersama para nabi dan rasul-Nya di Masjidil Aqsha dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjadi imam atas semua utusan Allah yang mulia tersebut.

Dilanjutkan dengan pembebasan Masjidil Aqsha yang dilakukan di zaman Umar bin Khatab lalu dibebaskan kembali oleh Sholahudin Al-Ayubi. Hingga sekarang Masjdil Aqsha kembali dinistakan oleh tangan dan kaki bernajis Zionis Israel, maka tugas kitalah untuk membebaskannya dan kembali menegakkan kemuliaan atas masjid yang menjadi tempat Isra’ Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Kita adalah bagian dari estafet perjuangan Rasulullah saw itu. Perjalanan Isra dan Mi’raj Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bukanlah hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Allah Azza wa Jalla.

Masjid adalah pusat kehidupan umat Islam. Di tempat inilah kita menguatkan keimanan, menggali ilmu dan adab untuk dipelajari dan diamalkan. Di tempat ini pula ritme keseharian umat berdenyut, dari mulai ibadah hingga membangun kekuatan sosial, budaya, ekonomi, dan banyak sektor lainnya. Sehingga tidak mengherankan, jika Rasulullah saw bersabda, “Apabila kalian melihat seorang laki-laki terbiasa datang ke masjid, maka bersaksilah kalian terhadap orang tersebut bahwa dia adalah seorang mu’min. “ (HR. Muslim).

Oleh karena itu, dengan kekuatan ilmu dan iman yang tumbuh dan berkembang di masjid-masjid inilah, marilah kita menjaga dan memakmurkan masjid-masjid kita. Sehingga dari masjid yang ada di sekitar kita inilah, akan terbangun kekuatan yang nantinya akan menyatu menjadi kekuatan untuk membebaskan Al-Aqsha. Insyaallah.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru