Mempersiapkan Hati untuk Ramadan

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah ayat 183).

Siapa yang mau memiliki umur yang panjang tetapi sudah dijamin terbebas dari api neraka? Maka pantaskanlah diri.

Memantaskan diri itu berasal dari hati. Oleh karena itu, panggilan yang pertama di surat Al-Baqarah ayat 183 adalah, “Hai orang-orang beriman,” karena iman itu adanya di hati.

Semua Karunia Allah
Di setiap malam di bulan Ramadan, ada orang-orang yang akan dipilih oleh Allah Azza wa Jalla untuk mendapatkan garansi terbebas dari api neraka. Dijaga hati dan amalannya seumur hidup dari bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Bilapun ia terjerembab dalam maksiat dalam perjalanan hidupnya, maka ia akan secepatnya bangkit, memohon ampunan Allah Ta’ala dan mengejar ridha-Nya. Ini semua karena memang manusia tidak akan lepas dari salah dan dosa.

Adakalanya dengan musibah atau penyakit yang menimpa, Allah bersihkan salah dan dosa kita. Namun, sejatinya untuk orang-orang yang bertakwa, sakit dan sehat itu sama saja. Keduanya adalah cara Allah Azza wa Jalla untuk menyempurnakan kasih sayang-Nya kepada kita.

Tidak akan seorang manusia mengetahui nilai sehat, kemudahan, dan waktu luang; bila ia tidak pernah merasakan derita sakit, kesulitan, dan kesempitan. Itu semua adalah bentuk kasih sayang Allah Ta’ala agar kita semakin dekat, taat, dan bersyukur kepada-Nya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang bertakwa: sakit-sehat, susah-senang, lapang-sempit, musibah-rezeki, dan yang lainnya itu sama saja. Sama harus disyukuri.

Apa bedanya emas dan pasir? Sesungguhnya keduanya berasal dari logam mineral. Terlihat sama ketika ditambang. Baru akan menjadi emas dan terlihat berharga manakala sudah mengalami pemurnian dan pembentukan. Ini juga yang terjadi pada orang-orang bertakwa. Orang bertakwa itu, sudah melihat segala apa yang ada di dunia ini sama. Sama-sama karunia Allah Ta’ala. Apalagi mereka yang sudah tua.

Orang yang sudah tua akan kehilangan banyak kenikmatan yang sudah dirasakannya pada saat masa puncak kehidupan manusia. Saat badan masih kuat diajak berlari kencang dan ketika rezeki Allah Ta’ala sangat mudah dijemput karena fisik yang tangguh dan pikiran yang masih tajam. Akan tetapi, semuanya akan kembali pada Allah Ta’ala seperti masa mula kejadian kita. Lemah dan tak berdaya, bahkan butuh bantuan orang lain untuk sekadar bisa menopang tubuh atau makan. Semua itu terjadi dalam rentang waktu yang singkat.

“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?” (QS. Yasin ayat 68).

Jadi, apakah semua yang ada dan terjadi di dunia ini sama saja? Sama, semua adalah kebaikan dari Allah Azza wa Jalla. Tinggal bagaimana cara hati kita mampu memurnikan dan menangkap inti dari apa yang terjadi. Hingga kemudian apa yang ada di hati tersebut menjadi drive yang akan mendorong kita melakukan hal yang berbeda dari orang kebanyakan. Misalnya, bila kebanyakan orang setelah lelah bekerja memilih scroll HP sambil rebahan; maka orang-orang yang bertakwa akan memilih untuk memegang mushaf atau mungkin HP untuk tadabur Al-Quran.

Nah, apa yang ada di hati inilah yang akan kita persiapkan jelang Ramadhn kali ini, hingga semoga Ramadan kita tahun ini menjadi Ramadan terbaik dari tahun-tahun yang pernah kita lalui.

Siapkan Hati
Memasuki bulan Ramadan yang tinggal beberapa jam ini, mari kumpulkan hati kita yang tercerai-berai dengan berbagai urusan dunia selama ini. Ramadan adalah momen istimewa untuk kembali merenungi sejauh mana keagungan Allah Ta’ala tertanam di dalam hati kita.

Tahukah Anda mengapa surga yang tertinggi derajatnya itu adalah surga Firdaus yang paling dekat dengan Arsy Allah Azza wa Jalla? Dan, kenapa neraka yang paling mengerikan siksanya adalah jahannam yang paling jauh dari singgasananya Ar-Rahman? Karena, dekat dengan Allah Ta’ala berarti mulia dan penuh nikmat keberkahan, sementara jauh dari Allah berarti hina dan kesengsaraan.

Inilah pentingnya kedekatan hati kita dengan Allah Ta’ala. Seagung apa Allah Ta’ala di dalam hati kita, maka seperti itulah Allah akan memandang dan menilai kita. Ibarat hati adalah ruang kehidupan kita, maka hati akan menjadi surga atau neraka bagi kita, tergantung pada sedekat apa hati kita pada Arsy Allah Ta’ala.

Ibnul Qayyim Al-Jauziah berkata, “Kalau ada tempat dimuka bumi ini yang paling pantas Allah kunjungi adalah hati manusia yang sudah menyerupai Arsy-Nya. Maka hati itulah yang akan Allah tempati dengan asma’-Nya. Ber-ma’rifat dengan asma’-Nya. Ber-ma’rifat dengan sifat-Nya. Itulah hati yang dipilih Allah.”

Mari kita siapkan diri agar hati kita menjadi hati yang terpillih. Selain sebagai tempat asma’dan sifat-Nya, Allah Ta’ala menciptakan hati untuk dua hal. Asma’nya dan firman-firman-Nya. Oleh karena itulah, Al-Quran diturunkan untuk ditempatkan di dalam kalbu manusia yang suci yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Dan, selanjutnya akan dipilihlah orang-orang yang memiliki hati yang suci dari umat Rasulullah untuk ditempatkan di dalamnya asma’ dan firman-Nya.

Sekarang, tahulah kita bahwa indikator keagungan Allah Ta’ala didalam hati kita adalah ada atau tidaknya asma’washifat dan firman-Nya. Bahwa, hanya dengan dua hal inilah Allah Azza wa Jalla akan mengangkat derajat kita menjadi takwa dan membebaskan kita dari api neraka. Meskipun, kita masih ada di dunia.

Di bulan Ramadan ini, salah satu asma’-Nya yang paling kita butuhkan adalah Al-Ghafir (Yang Maha mengampuni dosa, Al-Ghafur (Yang Maha mengampuni dosa sebanyak apa pun), dan Al-Ghafaar – yang paling tinggi (Yang Maha Tak Henti mengampuni dosa sebanyak apa pun); selama kita kita mau minta ampun dan bertaubat kepada-Nya. Isilah dan penuhilah hati kita dengan asma’ washifat dan firman-Nya di bulan Ramadhn. Agungkanlah hingga Dia berkenan untuk mengampuni dosa, membebaskan kita dari api neraka, dan melimpahkan taufiq-Nya sehingga kita hidup sejalan dengan kehendak-Nya.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru