Niatmu, Menentukan Akhiratmu

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH. Bachtiar Nasir 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Akan ada satu kelompok pasukan yang hendak menyerang Ka’bah, kemudian setelah mereka berada di suatu tanah lapang, mereka semuanya dibenamkan ke dalam perut bumi dari orang yang pertama hingga orang yang terakhir. Aisyah berkata, ‘Saya pun bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah semuanya dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir, sedangkan di tengah-tengah mereka terdapat para pedagang serta orang-orang yang bukan termasuk golongan mereka (yakni tidak berniat ikut menyerang Ka’bah)?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Mereka semuanya akan dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir, kemudian nantinya mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat mereka’.” (HR. Bukhari no. 2118 dan Muslim no. 2884, dengan lafazh Bukhari).

Satu hal yang sangat penting dalam hidup kita yang akan menentukan bagaimana akhirat kita adalah niat. Di ujung hadits panjang yang diriwayatkan Aisyah ra tersebut, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda bahwa kita semua kelak dibangkitkan di akhirat, sesuai dengan niat ketika kita hidup.

Pentingnya Niat
Di hadits tersebut, Rasulullah saw berbicara tentang adanya sekelompok pasukan yang akan menyerang Ka’bah, tetapi Allah Azza wa Jalla kemudian menenggelamkan mereka semua ke dalam perut bumi. Sebagaimana kita ketahui, setiap orang yang menjadi anggota militer sangat terikat dengan perintah komandannya. Meski dia tidak ingin mengerjakan suatu hal yang bertentangan dengan akal dan nuraninya, tetap menjadi hal yang mustahil dihindari, bila komando telah dikeluarkan.

Begitu pun dengan pasukan tadi, Aisyah ra bertanya, bagaimana terkait mereka yang sebenarnya tidak ingin menyerang Ka’bah atau bahkan di antara mereka ada para pedagang yang hanya ingin mencari untung saja di tempat tersebut? Maka, Rasulullah Saw menjawab bahwa adzab itu tetap menimpa mereka. Sama keadaannya. Akan tetapi, mereka kelak akan dibangkitkan sesuai dengan niat yang ada di dalam hati mereka. Yang tidak berniat untuk menjadi bagian penyerang Ka’bah akan diampuni dan yang di dalam hatinya ingin menghancurkan Ka’bah, maka ia akan menemui adzab yang abadi.

Sedemikian pentingnya posisi niat di dalam hidup kita, bahkan ia pun jadi salah satu penentu; di surga atau di neraka kelak kita akan abadi. Oleh karena itu, di kesempatan bulan Ramadhan yang mulia ini, saya ingin mengingatkan untuk senantiasa memperbanyak niat yang mulia. Awali dan landasi amalan-amalan yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini dengan niat-niat yang baik dan tulus karena Allah saja. Perbanyak dan sibukkan hati kita dengan niat-niat mulia itu, sehingga kelak saat kita diwafatkan, semoga kita termasuk diwafatkan dalam keadaan berniat karena Allah Azza wa Jalla.

Salah satu pesan penting Rasulullah Muhammad saw terkait dengan Ramadhan yang kita jalani saat ini adalah, “Barangsiapa beribadah Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah (imaanan wahtisaban) maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi, setiap malam, jangan hanya meniatkan untuk berpuasa di keesokkan hari, tetapi juga berniat amalan shaleh yang lain. Seperti berniat untuk beribadah Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharap ridha-Nya (imaanan wahtisaban), niat untuk menjadi orang yang dimampukan Allah Ta’ala agar bisa bersedekah dan memberi ifthar, atau berniat bisa mengerjakan ibadah shiyaam, shalat, dan berdzikir dengan khusyu.

Ibaratnya pedang Katana-nya orang Jepang. Ia adalah pedang tipis yang sangat kuat karena ditempa dari 2000 lapis besi dan dicampur tembaga. Maka ketipisannya sebenarnya kumpulan dari ribuan plat.

Begitu pula puasa kita. Bila saya hari ini memberi makan untuk berbukanya orang-orang yang berpuasa sebanyak 1000 orang. Maka, pahala puasa yang saya dapatkan sejumlah 1000 hari saya berpuasa. Padahal hari itu, saya hanya satu hari berpuasa.

Tentu sangat luar biasa. Apalagi bila kemudian pahala itu saya gandakan dengan menggunakan niat imaanan wahtisaban. Niat saya yang benar-benar mengharap ridha Allah agar iman di dalam hati menjadi lebih subur dan kuat kepada-Nya. Tentu akan lebih berlipat ganda pahala yang dapat saya kumpulkan; demi bertemu dengan Allah Ta’ala di akhirat nanti.

Urusan niat ini juga menjadi sangat penting karena kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput dan di tempat seperti apa kita akan wafat. Allah Azza Wajalla berfirman, “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal ayat 25).

Niat yang Menyelamatkan
Seperti apa yang dijelaskan Rasulullah saw dalam hadits dari Aisyah ra di atas, terkadang kita tidak selalu berada di daerah yang Islami. Kadang kita berada di suatu tempat yang banyak orang bermaksiat; tetiba musibah datang meluluhlantakkan tempat tersebut sehingga kita pun menjadi korban.

Maka, setiap orang akan wafat dan kembali pada Allah Azza wa Jalla dalam keadaan yang tergantung pada niat yang mereka miliki saat kejadian itu menimpa. Bila terkena tsunami saat berada di pantai dalam niat bermaksiat, maka wafatlah kita sebagai pendosa. Namun, bila niat kita saat itu tengah menimba ilmu atau berdakwah, maka selamatlah kita dalam taat dari adzab akhirat.

Maka seperti ini pula seharusnya puasa kita. Niat itu memegang kendali penting dari suatu amalan. Disinilah pentingnya niat imaanan wahtisaban dalam shiyam dan Qiyam kita di bulan Ramadhan ini. Agar niat puasa kita setiap malamnya benar-benar hanya karena iman kita kepada Allah Ta’ala dan mengharap ridha dari-Nya.

Hingga menjadi puasa khawasul khawas yang benar-benar mengantarkan kita pada dimensi puasa hati. Dimana puasa kita benar-benar karena iman dan taat pada perintah-Nya. Bukan sekadar menggugurkan kewajiban, bukan karena alasan kesehatan, apalagi untuk diet. Bukan, puasa kita adalah puasa tunduknya hati karena iman. Puasa kita adalah puasa berharapnya hati akan ridha-Nya; karena ampunan dan rahmat-Nya adalah karunia yang paling berharga dalam hidup.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru