Pelajaran dari Ketundukkan Alam Semesta

Jangan beri yang sisa untuk islam


Oleh:
KH Bachtiar Nasir

ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اِذَا السَّمَاۤءُ انْشَقَّتْۙ – ١
وَاَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْۙ – ٢

“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Rabbnya dan memang semestinya ia patuh.” (Surat Al-Insyiqaq ayat 1-2).

Apa pun yang terjadi di dunia ini tidak lain adalah karena patuhnya alam semesta beserta isinya kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala, Tuhan yang menciptakannya. Adalah sebuah kepastian dan sifat dasar bahwa apa yang diciptakan pastilah akan mengikuti dan tunduk kepada yang menciptakan. Sehingga alam semesta dan isinya yang diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla ini sebagai mahluk akan tunduk begitu saja kepada Khaliq (pencipta)-nya.

Begitu pula ketika langit itu robek pecah terbelah. Semuanya karena langit tunduk kepada perintah Allah Ta’ala untuk pecah terbelah. Bukan karena sebab asal-muasal atau logika ilmiah yang juga tak akan sempat dilontarkan. Karena, memang sudah merupakan keharusan langit patuh. Pada Allah, Penciptanya, Tuhannya, dan Rajanya.

Kepatuhan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi alam semesta ini adalah keniscayaan. Langit hanya menurut saja pada Allah Yang mengaturnya. Disuruh terbelah, maka terbelahlah dia. Diperintahkan runtuh, maka runtuhlah dia. Sunnatullah itu sejatinya adalah sistem. Semuanya harus tunduk pada kehendak dan kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang seharusnya menjadi pelajaran bagi manusia. Ada ungkapan para ilmuan bahwa The great University is Universe. Universitas terbesar itu sesungguhnya adalah alam semesta itu sendiri. Yang selalu mengajarkan kepada kita tentang kehidupan yang sesungguhnya.

Sebagaimana layaknya alam semesta sebagai mahluk yang tunduk patuh pada khaliqnya. Begitu juga seharusnya manusia. Tentu dia harus tunduk pada aturan Allah sebagai penciptanya karena Dia yang paling tahu apa yang harus dilakukan dan dibutuhkan hamba-Nya.

Lalu bagaimana dengan kebebasan untuk memilih dan akal yang diberikan-Nya kepada kita? Disinilah ujiannya. Terutama yang diuji adalah akal kita. Jika kita berhasil menempatkan akal pada tempatnya, maka kita akan bahagia. Persoalan sebenarnya, terletak pada diri dan nafsu kita sendiri. Mampukah kita mengendalikannya sesuai dengan aturan yang Allah tentukan?

Kalimat waazinat lirabbihaa wa huqqat adalah sebuah penegasan sistem ilahiyah di alam ini. Yang sebenarnya adalah sebuah ikatan yang kekal dan hukum mutlak yang tidak dapat ditawar lagi oleh semua ciptaan-Nya. Oleh karena itu, barangsiapa tunduk kepada Rabbnya dengan ikhlas, meyakininya, dan mengamalkannya maka ia akan berjalan seiring dengan pergerakan dan perilaku seluruh ciptaan-Nya yaitu semesta beserta isinya.

Sebaliknya, jika seseorang ingin melawan kehendak Penciptanya dan ia berontak ingin berdiri sendiri mengikuti keinginan nafsu dan akal yang sesat, maka ia akan bertabrakan dengan pergerakan dan perilaku seluruh isi alam semesta. Tabrakan itu akan menimbulkan konflik, kerusakan, kegelisahan, dan kelelahan yang tidak pernah usai. Benturan demi benturan itu akan mengakibatkan rasa sakit yang akan terus dirasakan sepanjang hidup. Oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali kita mengikuti, meyakini, dan bekerja sesuai dengan aturan dan hukum Allah. Karena itulah ritme abadi alam ini beserta semua isinya.

Hamba yang Taat

Alangkah sengsaranya, jika kita selalu berhadapan dengan semesta dan seluruh isinya. Uruslah hati kita untuk mau berdamai dengan kehendak-Nya. Tundukkanlah nafsu dan isi kepala kita yang kadang merasa paling mengerti. Kita memang diberikan kemerdekaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memilih. Namun, bukan untuk memilih kebenaran karena kebenaran itu mutlak hanya dimiliki oleh Allah Azza wa Jalla. Yang dibebaskan untuk kita adalah bagaimana kita menyampaikan kebenaran itu dengan berbagai potensi yang diberikan kepada kita. Allah memberikan banyak kemampuan pada kita maka nyatakanlah kebenaran dan perintah-Nya dengan potensi itu; sesuai dengan teladan Rasul-Nya.

Sementara ketundukkan kepada aturan dan hukum tetap ada dalam otoritasnya. Kita adalah para profesional yang ditunjuk oleh Allah untuk mengerjakan setiap stage and improvement untuk membuktikan bahwa kita tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diberikan. Terutama amanah berupa akal dan potensi.

Setiap hari ada order dari-Nya, berupa yang harus dikerjakan dan ada yang harus ditinggalkan. Baik dalam konteks tersurat berupa ayat-ayat Alquran maupun berbagai peristiwa dan sunnatullah yang diberikan. Maka yakinlah bahwa kebahagiaan itu ada manakala kita menaati perintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya. Sesederhana itu. Hidup kita akan ringan. Yang memberatkan biasanya adalah prediksi dan persepsi diri kita sendiri.

Maka, eratkanlah hati kita selalu dengan Alquran. Bacalah untuk mendapatkan keberkahan dan pengetahuan dari Sang Pencipta yang paling mengerti kita; sebagai petunjuk jalan hidup di dunia ini agar kita bisa selamat sampai ke akhirat. Agar kualitas hidup kita meningkat, bermakna, dan bermanfaat. Yakinlah bahwa tunduk kepada Allah adalah jalan satunya untuk hidup yang nikmat dan mudah.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru