Ramadan Bulan Alquran

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:
KH Bachtiar Nasir

 

ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah ayat 185).

Semoga Allah mampukan kita untuk menjalankan shiyam di siang hari dan qiyam di malam hari, terutama dalam Ramadan tahun ini. Shiyam artinya menahan diri dari berbagai hal yang dapat membatalkan puasa Ramadan kita dan qiyam artinya berdiri. Yaitu mendirikan shalat-shalat sunnah selain shalat Maghrib dan Isya kita. Qiyam inilah yang seringkali terabai dalam keseharian kita di bulan Ramadan.

Mengapa di bulan Ramadan kita diwajibkan untuk shiyam di siang hari dan qiyam di malam hari? Tak lain adalah agar Alquran mudah terinstalasi di dalam jiwa kita. Saya ingin bertanya pada Anda, “Bulan Ramadan ini bulan puasa atau bulan Alquran?”

Banyak yang menjawab bahwa bulan Ramadan adalah bulan puasa. Untuk kita ketahui, syariat berpuasa baru ditetapkan pada bulan Ramadan di tahun ke-15 tahun setelah kenabian. Sedangkan Alquran diturunkan pertama kali dengan surat Al-‘Alaq adalah di bulan Ramadan tahun pertama kenabian.

Lalu kenapa kita diwajibkan untuk berpuasa dan menahan diri melakukan hal yang membatalkan puasa di siang hari dan mendirikan shalat di malam hari? Tak lain, agar Alquran dapat menjalankan fungsinya sebagai petunjuk bagi manusia, kemudian memberi penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 185 di atas.

Kekeliruan kita selama ini yang menganggap bahwa Ramadan adalah bulan puasa adalah salah satu sebab, kita tidak fokus dalam menata aktivitas kita selama bulan Ramadan. Kita hanya fokus pada apa yang membatalkan puasa saja, tetapi kita justru melupakan esensi untuk apa adanya bulan Ramadan ini. Kita kemudian abai pada Alquran. Membaca Alquran hanyalah ibadah tambahan selama kita berpuasa. Padahal yang utama dalam Ramadan adalah internalisasi kita dengan Alquran.

Lalu, apa yang dapat menjadikan Ramadan kita tahun ini lebih baik dibandingkan Ramadan tahun lalu? Jawabannya adalah dengan bertambahnya kemampuan kita untuk dapat memperoleh petunjuk-petunjuk dari Alquran. Semakin bertambahnya penjelasan yang kita peroleh dari petunjuk Alquran sehingga kita semakin cerdas dalam menegakkan yang haq dan yang bathil. Inilah yang harusnya menjadi goals kita dalam menjalankan setiap shiyam dan qiyam kita di bulan Ramadan.

Membangun Kedekatan dengan Allah Ta’ala

Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA. Beliau berkata Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: Semua amal ibadah anak Adam untuk mereka sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari).

Mengapa hanya ibadah puasalah yang dinilai langsung oleh Allah dan ditujukan langsung untuk-Nya? Dari hadits ini, kita bisa melihat bahwa ibadah Ramadan sejatinya adalah sebuah jembatan kedekatan antara Allah dan hamba-Nya. Segala yang berkaitan dengan puasa kita dan pahalanya langsung Allah yang menilai dan ditujukan untuk keridhaan-Nya.

Bagaimana membangun kedekatan itu? Dari interaksi kita dengan Alquran. Dari apa yang menjadi firman Allah Azza wa Jalla yang menggambarkan siapa Dia, bagaimana sifat-Nya, dan seperti apa kehendak-Nya.

Apa jadinya kita jika tanpa Alquran? Kita manusia adalah hamba yang dilahirkan dengan tabiat ingin tahu kepada siapa kita harus menghamba. Mencari sesuatu yang akan disembahnya. Jika kita tidak menemukan Allah Ta’ala, maka pasti kita akan salah mencari Tuhan. Di zaman dahulu, mungkin benda dan jin-jin lah yang dijadikan sembahan. Kita pun terjebak pada ritual yang tidak masuk akal dan merendahkan derajat manusia sebagai mahluk yang paling tinggi harkatnya.

Sampai kita mengenal Islam. Mengenal Allah Azza wa Jalla. Kita diberitahukan untuk hanya menyembah kepada Allah saja. Mengimplementasikan ayat “Iyyakana’budu waiyyakanastaiin”. Meminta kepada-Nya, “Ihdinashirathal Mustaqiim”. Jika manusia membutuhkan siapa yang harus dihamba, maka sembahlah Allah Azza wa Jalla sebagai satu-satunya Ilaah. Bila membutuhkan pertolongan dari kekuatan yang sangat besar dan kuat, maka mintalah kepada Allah Ta’ala sebab Dia-lah satu-satunya Rabb. Dan, bila sudah lelah tersesat dalam penghambaan kepada selain Allah; seperti pada harta, jabatan, dan wanita; maka kembalilah pada jalan yang lurus. Ihdinashirathal Mustaqiim. Semua inilah yang kemudian para ulama sebut sebagai pencarian-pencarian tertinggi dalam hidup manusia. Seluruhnya sudah terjawab dan tersusun secara sistematis dalam surat pertama Alquran; Al-Fatihah.

Jadi Al-Fatihah itu sudah mencakup segala kebutuhan-kebutuhan besar manusia yang sesuai dengan fitrahnya. Inilah ilmu yang pertama kali harus kita ketahui dalam hidup ini. Yaitu, pengetahuan yang mendalam tentang Allah Ta’ala. Manusia seringkali tersesat dan terpuruk dalam kondisi yang paling menyedihkan, manakala ia tidak mengetahui ilmu yang paling fundamental ini.

Oleh karena itu, apa jadinya jika kita hidup tanpa Alquran? Dialah petunjuk yang Allah Ta’ala berikan secara langsung dan eksklusif untuk manusia. Sebagai media penjelasan agar manusia tidak hidup dalam kesesatan dan kehinaan, dan mampu menemukan jalan untuk dapat kembali kepada Allah Azza wa Jalla; sebagai tujuan hidupnya. Agar dia juga dapat waspada pada penghalang dan rintangan yang menghadang dan mampu menemukan detail-detail yang akan mengistimewakan dirinya sehingga mampu mendaki ketinggian harkat sebagai hamba dan kelak menggapai kehidupan yang abadi di surga.

Ramadan, inilah momen khusus yang Allah Ta’ala berikan kepada kita, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Agar lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan Al-Quran semakin melekat sebagai petunjuk dan sebagai sesuatu yang menjelaskan petunjuk tersebut; sehingga kita dapat menegakkan yang haq dan melenyapkan yang batil.*

 

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru