Oleh:
KH Bachtiar Nasir
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.” (QS. Fussilat ayat 30).
Energi Iman
Matahari bersinar terik di sahara kota Mekah. Panasnya menyengat. Di suasana seperti itulah keluarga Yasir diseret oleh pemuka-pemuka Bani Makhzum. Ditimbun pasir yang membara, dicambuk, dan ditimpakan berbagai siksaan bengis. Keluarga yang terdiri dari Yasir, Sumayyah, dan kedua anaknya Abdullah dan Amar itu merupakan budak dari Bani Makhzum.
Sungguh tak terperi siksaan yang ditimpakan oleh Abu Jahal dan kabilahnya kepada keluarga Yasir. Yang melihatnya pasti bergidik ngeri. Abu Bakar yang pernah melewati lokasi penyiksaan yang berlangsung berhari-hari itu, pernah menawarkan untuk mereka. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah.
Begitu beratnya penyiksaan tersebut, sehingga Rasulullah Muhammad saw yang melihat bagaimana kondisi mereka, menangis. Namun, Rasulullah ketika itu tidak dapat berbuat apa-apa karena masih lemahnya kondisi umat Islam. Di tengah rasa sedihnya, beliau berkata, “Bersabarlah keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.” (HR. Ahmad).
Kata-kata Rasulullah Muhammad saw itu membuat keimanan keluarga Yasir semakin kuat, sehingga Sumayyah berkata berkali-kali, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah saw dan aku bersaksi bahwa perkataanmu adalah benar.” Hingga akhirnya Sumayyah syahid untuk pertama kalinya, disusul oleh Yasir, dan putera mereka Abdullah. Sementara Amar yang juga telah disiksa habis-habisan berhasil lolos dari maut karena berbohong dengan mengatakan bahwa ia kembali mengimani Lata dan Uzza, untuk mempertahankan keimanannya kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Disinilah kita melihat energi surga begitu kuat mempertahankan keimanan Yasir sekeluarga. Mereka menjunjung janji Allah dan rasul-Nya, bahkan di atas kesakitan dan kengerian yang mereka alami. Kabar gembira yang Rasulullah Muhammad SAW sampaikan kepada mereka, bagaikan penghilang rasa sakit mujarab yang membuat keimanan mereka semakin tegak dan lisan mereka semakin kukuh mempertahankan kata “Ahad”. Mereka yakin janji Allah Ta’ala itu benar dan mereka akan segera menyambutnya. Oleh karena itu, Rasulullah saw senantiasa mengingatkan kaum muslimin manakala kesedihan atau musibah menimpa dengan janji surga dari Allah Azza wa Jalla.
Berlandas Tauhid
Namun demikian, di zaman serba materialistik seperti sekarang, apakah kita juga termasuk orang-orang yang selalu meyakini janji Allah Ta’ala itu? Dan, apakah dengan tauhid, kita termasuk orang-orang yang mengokohkan hati dan bangkit untuk kembali beramal saleh manakala tertimpa kehancuran? Sungguh, orang-orang yang mendapatkan kekuatan ini hanyalah mereka yang kokoh pada keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya sembahan; tempat bersandar dan memohon pertolongan. Pada merekalah malaikat berkata, “‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.” (QS. Fussilat ayat 30).
Mungkin, sebagian besar orang di zaman ini, bahkan tidak tertutup kemungkinan, mereka yang mengaku beragama Islam pun akan menganggap remeh; jika ada orang yang menghibur dan berusaha meneguhkan hati mereka dengan janji surga. Tidak logis. Itu mungkin kata mereka. Itu pasti karena Allah Ta’ala dan segala kuasa yang tergenggam di tangan-Nya, tidak pernah mampu terjangkau oleh pemikiran kita yang terbatas. Kekuasaan dan keagungan-Nya tidak akan bisa dilogikakan oleh otak kita yang juga terbatas.
Oleh karena itu,sekali lagi, hanya orang-orang yang mengokohkan hatinya dengan tauhidlah yang bisa mendapatkan energi surga. Juga, hanya orang yang hatinya kokoh dengan tauhidlah yang dapat menguatkan hati sesama orang beriman dengan menyampaikan janji surga dari Allah Azza wa Jalla.
Inilah energi yang seringkali digunakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam manakala menyemangati sahabatnya yang terpuruk dalam keputusaan, dalam kesedihan, dan ketidakberdayaan. Bahwa, apa yang ada di dunia ini hanyalah fana. Apa yang hilang di dunia ini sejatinya telah kembali pada Sang Maha Pemilik dan kelak menanti kita di akhirat. Sebagaimana kisah Rasulullah saw bersama sahabat yang kehilangan anaknya yang masih kecil.
Suatu hari seorang sahabat tidak menghadiri majelis Rasulullah alaihiwasallam. Hal itu disebabkan anaknya yang masih kecil meninggal dunia. Ia ingat, di majelis Rasulullah saw, anaknya senantiasa duduk dipangku Rasulullah saw. Karena itu, ia merasa sangat bersedih. Ketiadaan anak kecil itu juga membuat Nabi saw merasa kehilangan dan bertanya, “Mengapa aku tidak melihat si fulan?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah SAW anak kecil itu telah meninggal dunia. ” Lalu Rasulullah menemui sahabat tersebut dan melawatnya, kemudian bersabda, ‘Wahai fulan, manakah yang lebih engkau cintai, engkau menikmati umurmu bersama anakmu atau kelak engkau tidak mendatangi salah satu pintu surga kecuali engkau mendapatkan anakmu telah mendahuluimu lalu membukakannya untukmu?’”. Ia menjawab, “Wahai Nabi Allah, jika ia mendahuluiku menuju pintu surga lalu ia membukakannya untukku, itu lebih aku cintai.” Beliau bersabda: “Itulah bagianmu.” (HR. An-Nasa’i)
Hari ini, energi janji surga Allah Azza wa Jalla ini pula yang akan melapangkan hati kita ketika terhimpit oleh berbagai kesulitan dan hambatan. Janji inilah yang akan mengingatkan bahwa kita punya tujuan yang pasti. Tujuan yang abadi. Tujuan yang lebih berarti di setiap gerak dan langkah amal saleh kita di dunia. Bahwa, untuk mendapatkan ridha-Nya berupa surga di akhirat nanti, kita mungkin harus mengerjakan berbagai hal yang tidak kita sukai. Tetap bersabar dalam kondisi yang berat. Tetap optimis bahwa semua hal baik yang kita kerjakan tidaklah sia-sia. Juga, bukanlah hal “bodoh” manakala kita melakukan yang bermanfaat, tapi sulit – yang dihindari banyak orang.*