Sempurnakan Niat untuk Lillah

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH. Bachtiar Nasir

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” Qs. Az-Zumar ayat 2
Sembahlah Allah Azza wa Jalla dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada-Nya.

Perintah ini Allah Ta’ala turunkan setelah menjamin penuh kebenaran yang dibawa oleh Al-Quran. Karena sejatinya memang, inti dari segala hal di dunia dan alasan mengapa kita diciptakan adalah untuk menyembah hanya kepada Allah Subhanu wa Ta’ala dan beribadah, menaati perintah-Nya.

Hal ini dipertegas dalam surat Al-Bayyinah ayat 5: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Sungguh, memang itulah tugas sesungguhnya kita ada di dunia ini. Allah Azza Wajalla sudah memfasilitasi kehidupan kita dengan rizki-Nya yang tidak pernah terhenti. Bila mungkin masih terasa kurang, berarti mungkin yang kita kejar adalah apa yang kita ingin, bukan apa yang kita butuh. Sehingga rasa cukup dan syukur itu masih tertahan di bawah alam sadar.

Orientasi Hanya Allah
Jalan hidup beribadah hanya kepada-Nya dan memurnikan ketaatan untuk-Nya adalah jalan yang ditempuh oleh orang yang sungguh-sungguh ingin bertemu dengan Tuhannya. Untuk mendapatkan ampunan, rahmah, dan cinta Allah Azza Wajalla. Oleh karena itu, sebelum memulai pekerjaan, katakanlah, “Qulillaha a’budu”. Yang artinya, “Hanya Allah saja yang kusembah secara penuh.” Hanya untuk-Nyalah segala ketaatan atas segala yang kukerjakan. Segala ketaatanku hanya untuk Allah Azza wa Jalla.

Dalam kitab Mukhtashor Minhajul Qoshidin, ada sebuah berita gembira yang disampaikan kepada kita. Yaitu, telah sampai kepada orang yang diberi ketajaman mata hati bahwa tidak ada metode untuk mendapat kebahagiaan hidup, kecuali dengan ilmu dan ibadah. Dengan cara inilah kita akan mendapatkan kebahagiaan hidup.

Sayangnya orang-orang sekarang telah salah orientasi. Tak lain, karena yang diajarkan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang di dunia ini adalah kebahagiaan diukur pada sebanyak apa uang dan setinggi apa jabatan yang dimiliki. Sehingga banyak generasi negeri ini yang akhirnya memikul beratnya beban hidup yang sulit dan memiliki cara pandang yang sempit. Inilah, produk orientasi hidup materialistik.

Orientasi materialistik ini pula yang banyak membawa kehancuran pada keluarga. Tingginya angka perceraian; menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 sebesar 516.344 kasus. Penyalahgunaan narkoba sebanyak 3,3 juta dari 278 juta lebih penduduk Indonesia adalah kalangan remaja. Tak kalah meresahkan, adalah paparan pornografi dan kekerasan dari gadget yang ada dalam genggaman anak-anak kita.

Ironinya, ketika pasangan suami-istri dan orangtua ini ditanya apa yang menjadi tujuan mereka mengikatkan diri pada pernikahan, membesarkan anak, dan membangun keluarga; jawaban mereka kebanyakan tak jauh dari motif materialistik.

Urgensi Niat
Padahal tujuan atau niat kemana akan melangkah adalah hal yang paling fundamental dalam diri seseorang. Sebesar apa capaian kita dan daya juang kita, semua berawal dari niat. Namun, bila dikaitkan dengan sikap hidup orang beriman, maka niat disini pun tidak boleh sembarang niat. Harus berdasar ilmu dan harus diamalkan dengan ikhlas. Bila sudah ikhlas pun tidak boleh merasa aman.

Bila niatan awal hanyalah sekadar capaian materialistik, hanya sekadar memenuhi syahwat dan status di masyarakat; maka tak heran, effort yang dilakukan dan capaian yang didapatkan pun seperti yang hari ini kita saksikan.

Oleh karena itu, jika engkau ingin melakukan atau bahkan mengubah hal-hal besar, mulai hari ini perbaikilah dan perbaharuilah niat. Tajdidun niat.

Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari & Muslim).

Barulah perbaiki terlebih dahulu ilmu dan ibadahmu. Hingga akhirnya, tajdidul iman (memperbaharui iman), akan mudah engkau lakukan dan dapatkan.

Orang-orang hebat itu, yaitu para nabi dan rasul dapat menapaki jalan yang mendaki lagi sukar karena memiliki niat yang kuat. Niat yang tertanam langsung dari Allah Azza wa Jalla; sebagaimana Rasulullah Muhammad saw yang dibersihkan hatinya dan ditanamkan niat yang bercahaya oleh malaikat Jibril. Atas perintah Allah Ta’ala.

Begitu pula Nabi Sulaiman as yang bisa memiliki pasulan dari kalangan jin, binatang, angin, dan manusia. Sejatinya, berangkat dari niatnya untuk dapat selalu bersyukur, beramal saleh, dan agar beliau diperkenankan mendapat rahmat dari Rabb-Nya. Sebagaimana diabadikan dalam surat An-Naml ayat 19.

Kehebatan seseorang ditentukan oleh kesempurnaan niat. Oleh karena itu, sempurnakan niatmu hanya kepada Allah Ta’ala. Niat karena Allah Ta’ala inilah yang akan menjadi pondasi yang kuat dari bangunan amal yang kita bangun. Niat karena Allah pula yang akan menyempurnakan ikhtiar yang kita gelar, karena sejatinya hanya Allah Ta’ala-lah yang mampu menyempurnakan apa yang kita upayakan. Allah Azza wa Jalla selalu ada dan selalu tahu apa yang kita hadapi dan kita butuhkan. Karena, kita memang selalu butuh Allah dan pasti kembali pada-Nya. Suka atau terpaksa.

Bangkitlah sekarang dan jalankan apa yang direncanakan. Jangan menjadi pemimpi. Orang-orang yang sukses itu adalah mereka yang tidak ragu beraksi, paling mampu menahan kesulitan, sekaligus menemukan solusi.

Sungguh, tidak ada yang sempurna dari upaya seorang manusia. Namun, orientasi hanya untuk Allah Ta’ala dan pertolongan-Nya yang tak pernah salah adalah pamungkas dan pemungkas dari segala ikhtiar kita beribadah dan memurnikan ketaatan kepada-Nya.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru