Shalat tapi Korupsi

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

 

SETIAP ibadah dalam Islam, disamping mempunyai nilai ubudiyyah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga mengandung nilai dan manfaat sosial dalam kehidupan umat Islam. Allah Ta’ala menegaskan dalam Alquran  bahwa shalat itu dapat mencegah orang yang mendirikannya dari perbuatan yang keji dan munkar.

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ‌ ۗ وَلَذِكْرُ‌ اللَّـهِ أَكْبَرُ‌ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surat Al-Ankabut [29]: 45).

Tapi kita harus menanyakan kepada diri kita sendiri apakah shalat yang bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar itu adalah shalat yang biasa kita lakukan sehari-hari? Atau shalat yang kita lakukan itu hanya tinggal namanya saja, dan kita hanya melakukannya untuk sekadar lepas dari kewajiban saja. Sehingga kita melihat banyak orang shalat tapi tetap korupsi, berbohong dan menipu orang banyak serta melakukan berbagai kemunkaran lainnya.

Para ulama menjelaskan jika kamu ingin mengetahui apakah kamu telah menunaikan shalatmu dengan sempurna atau tidak maka lihatlah berapa banyak kamu melanggar perintah Allah SWT. Berapa banyak kamu bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Sebanyak itulah dikurangi dari nilai shalatmu, dan seberapa baik shalat yang kamu lakukan dari segi rukun, wajib, sunnahnya dan kekhusyu’an dalam melaksanakannya maka sebaik itu pulalah shalat itu akan mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَنْصَرِفُ مِنْ صَلاَتِهِ وَلَمْ يُكْتَبْ لَهُ مِنْهَا إِلاَّ نِصْفُهَا إِلاَّ ثُلُثُهَا إِلاَّ رُبُعُهَا إِلاَّ خُمُسُهَا إِلاَّ سُدُسُهَا إِلاَّ سُبُعُهَا إِلاَّ ثُمُنُها إِلاَّ تُسُعُهَا إِلاَّ عُشُرُهَا

“Sesungguhnya bila seorang hamba telah selesai dari shalatnya, maka tidak ditetapkan balasan dari shalatnya kecuali ada yang mendapat setengahnya, ada yang mendapat sepertiganya, ada yang mendapat seperempatnya, ada yang mendapat seperlimanya, ada yang mendapat seperenamnya, ada yang mendapat sepertujuhnya, ada yang mendapat seperdelepannya, ada yang mendapat sepersembilannya, dan ada yang mendapat seperesepuluhnya.” (Riwayat Abu Daud, al-Nasa`i dan Ibnu Majah).

Kekurangan dalam shalat itu khususnya berkaitan dengan kekhusyu’an dalam melakukannya, di mana bisa jadi dua orang yang shalat berdampingan tapi berbeda nilai shalatnya. Tergantung dari kadar kekhusyu’an masing-masing dalam melaksanakan shalatnya.

Shalat yang bisa mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar adalah shalat yang dilakukan dengan sepenuh hati dan jiwa. Merendahkan diri dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, melihatkan penghambaan diri kepada-Nya, mengakui segala kekurangan dan kelemahannya, penuh harap terhadap rahmatnya serta mengikhlas hati hanya kepada-Nya. Inilah shalatnya orang yang menang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Surat Al-Mukminun [23]: 1-2).

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ‌ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَ‌ةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ ﴿٤٥﴾ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَ‌بِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَ‌اجِعُونَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Surat Al-Baqarah [2]: 45-46).

Sekadar Ritual

Selama shalat yang kita lakukan itu hanya sekadar untuk lepas dari kewajiban saja, maka selama itu pula shalat itu tidak akan mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّ فُلاَنَةَ يُذْكَرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلاَتِهَا ، وَصِيَامِهَا ، وَصَدَقَتِهَا ، غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا ، قَالَ : هِيَ فِي النَّارِ ، قَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، فَإِنَّ فُلاَنَةَ يُذْكَرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا ، وَصَدَقَتِهَا ، وَصَلاَتِهَا ، وَإِنَّهَا تَصَدَّقُ بِالأَثْوَارِ مِنَ الأَقِطِ ، وَلاَ تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا ، قَالَ : هِيَ فِي الْجَنَّةِ.

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa ada seorang lelaki yang bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah disebut-sebut banyak shalat, puasa dan sedekahnya, hanya saja ia suka menyakiti tetangga dengan lisannya”, lalu beliau bersabda, “Ia berada di neraka.” Ia kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah dikenal sedikit puasa, sedekah dan shalatnya, hanya saja ia suka memelihara kucing, dan tidak menyakiti tetangga dengan lisannya, lalu beliau bersabda, “Ia berada di surga.” (Riwayat Ahmad).

Jadi jika ada yang shalat tapi masih tetap korupsi, tetap berbohong dan menipu rakyat yang dipimpin dan diwakilinya, dan jika shalatnya belum bisa membuatnya merasa selalu diawasi Allah SWT serta merasa takut akan pengadilan dan hukum Allah SWT nanti di hari semua orang mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hadapan Hakim yang Maha adil, maka berarti shalatnya masih hanya sekadar ritual ibadah. Untuk lepas dari kewajiban saja, belum mendirikan shalat dengan sebenarnya sehingga tidak memberi pengaruh kepada akhlak dan perilakunya.

Sebaliknya, jika dia berusaha melaksanakan shalatnya dengan penuh kekhusyu’an  maka hal itu akan terlihat dan berpengaruh kepada perilaku dan keperibadiannya. Hal itulah yang dilihat Umar bin Abdul Aziz ketika mengangkat pegawai dan stafnya.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz mengangkat seseorang untuk menjabat sesuatu. Orang itu lalu bertanya, “Kenapa kamu mengangkat saya?” maka Umar menjawab, “Karena saya melihat kamu orang selalu memperbaiki shalatnya dan khusyu’ dalam melaksanakannya, dan selama kamu memenuhi hak Allah dan melaksanakannya dengan baik, maka pasti kamu akan memenuhi hak yang lain dan melaksanakan kewajibanmu”.

Wallahu a’lam bish shawab.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru