Surga, Tujuan Akhir dan Satu-satunya

Jangan beri yang sisa untuk islam

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS An-Naziat ayat 40-41).

Siapa pun yang mendengar kata surga pasti mendambakannya. Terutama orang-orang yang beriman yang tahu betul bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara dan sebentar saja. Namun, tak banyak orang yang memilih surga Allah Azza wa Jalla di akhirat nanti, sebagai satu-satunya destinasi dan  benar-benar menjadi akhir dari setiap perjalanan hidup.

Penentu Shirathal Mustaqim

Banyak yang tersesat di percabangan atau malah memilih halte sebagai tujuan akhirnya. Padahal setiap percabangan adalah ujian dan halte yang Allah Ta’ala berikan, hanyalah tempat untuk menambah bekal. Misalkan dalam kehidupan ini, kita diizinkan untuk berada “di haltekeluarga yang harmonis dan harta yang berlimpah. Sejatinya, “halte” ini hanya tempat untuk beristirahat, bersyukur melepas penat, untuk kemudian menggunakan apa yang ada padanya sebagai tambahan bekal; untuk kembali bergerak. Sayangnya, banyak orang yang justru lupa akan tujuan yang sebenarnya dan memilih tenggelam dalam kenikmatan nafsunya yang sementara.

Tak banyak orang yang menyadari bahwa cepat atau lambatnya seseorang melintasi shirathal mustaqim nanti, sejatinya terletak pada cepat atau lambatnya seseorang menyambut perintah Allah Azzza Wajalla dengan ketaatan. Termasuk dalam keadaan merangkak, berjalan, atau berlari nanti. Jadi, jangan berlama-lama atau malah memilih menetap di “halte” persinggahan. Jangan berlama-lama “menikmati” perhiasan dunia, juga jangan pernah berpikir untuk menetap serta memilikinya. Jangan menunda langkah untuk segera pergi; atau nantinya akan terlena dan tak pernah sampai ke destinasi akhir dan satu-satunya – yang kekal nikmatnya.

“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS Al-Mu’min ayat 39).

Bila ada peringatan yang memerintahkan untuk memperbesar rasa tunduknya pada keagungan Allah Azza wa Jalla, sambutlah segera untuk melakukannya. Bila kita memilih untuk bergerak lambat, maka akan seperti itulah perjalanan kita di shirathal mustaqim nantinya. Bila kita memilih untuk menunda-nunda, maka jangan heran jika kita nantinya akan bergerak dengan merayap. Apalagi bila kita memilih  menolak, pasti di pangkal shirat, kita sudah terjungkal jatuh ke dalam neraka. Shirathal mustaqim adalah jalan menuju pertemuan dengan Allah Ta’ala. Shirathal mustaqim di dunia adalah Alquran. Apabila kita malas, menunda, bahkan enggan untuk berjalan bersamanya, maka akan terlempar juga kita darinya di akhirat nanti.

Oleh karena itu, bila ada peringatan yang menyuruh kita berhenti sombong dan melampaui batasan kita sebagai seorang hamba. Jangan pelit mengeluarkan harta kita di jalan Allah, jangan mau diperbudak hawa nafsu, dan senantiasa tunduk akan kebesaran Allah Ta’ala; sadarlah dan segeralah me-ngerem diri untuk menjauhi hal-hal yang dilarang Allah Azza wa Jalla. Secepat apa kita mengerem diri dari hal-hal yang dimurkai Allah dan meng-gas diri untuk melakukan ketaatan dan amal shaleh, maka seperti itu pula perjalanan kita menapaki shirathal mustaqim nantinya.

Manfaatkan Momen Rajab

Ingatlah, bahwa sejatinya kita hidup di dunia hanya untuk melaksanakan iyyakana’budu waiyyakanasta’iin. Hanya untuk menyembah Allah Azza wa Jalla dan bersandar memohon pertolongan hanya kepada Allah Ta’ala. Tugas kita sebenarnya hanya untuk taat melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Masalah bagaimana hasilnya dan apa yang akan kita hadapi dalam perjalanan ikhtiarnya, semuanya ada dalam genggaman Allah Ta’ala. Karena, kita bekerja dan melakukan apa pun, sesungguhnya atas kehendak dan izin dari Allah Ta’ala. Kalau Allah tidak menghendaki, sekuat apa pun kita berusaha melakukan dan mencapai keberhasilan, itu semua tidak akan pernah terjadi.

Di Rajab, bulan yang dimuliakan oleh Allah ini, marilah kita berusaha untuk menanam berbagai kebaikan dan amal shaleh. Hingga di bulan Sya’ban kita bisa menyirami, merawat, dan melihatnya bertumbuh dan berkembang sesuai harapan. Dan, di bulan Ramadhan nanti, kita tinggal memanen hasilnya dengan penuh berkah dan ridha Allah Ta’ala.

Inilah momen emas yang Allah Ta’ala berikan kepada kita untuk menuai pahala yang lebih banyak. Sebagaimana Ibnu Abbas berkata,”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”

Melakukan amal shaleh di bulan ini, pahalanya lebih banyak. Oleh karena itu, menanam dan menumbuhsuburkan amalan shaleh di bulan ini, sungguh sangat berguna sebagai latihan kita memasuki bulan Ramadhan, sekaligus memetik pahala yang lebih banyak. Meski, kita juga tetap harus waspada pada tindakan maksiat dan bahaya dosanya yang juga lebih banyak.

Di akhir Rajab ini, kita harus lebih peka dan berhati-hati. Apabila ada alert atau tanda bahaya terhadap langkah yangh kita ambil, bersegeralah untuk mengerem dan putar haluan menjauhinya. Namun, bila ada alert yang memberitahu adanya kesempatan untuk berbuat baik dan melakukan amal shaleh, maka cepatlah meraih peluang tersebut untuk mengamalkannya menjadi pemberat timbangan amal kita di akhirat, maka segeralah menarik gas untuk mendapatkannya. Semoga Allah Ta’ala berkenan menggabungkan kita di dalam barisan orang-orang beriman yang akan dimasukkan-Nya di surga. Destinasi yang penuh nikmat dan kekal abadi.*

Facebook
WhatsApp
Threads
X
Telegram
Print
Picture of KH Bachtiar Nasir

KH Bachtiar Nasir

Ulama, Pemikir, dan Penggerak Dakwah Islam

Artikel Terbaru